TUGAS
IMUNOLOGI
IMUNOGLOBULIN
DI SUSUN
OLEH:
HAFILIA HAZNAWATI
IV - G
NIM : 0904015115
Dosen:
Priyo Wahyudi
JURUSAN
FARMASI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA
2011
PENDAHULUAN
- Latarbelakang
Imunoglobulin atau antibodi adalah sekelompok
glikoprotein yang terdapat dalam serum atau cairan tubuh pada hampir semua
mamalia. Imunoglobulin termasuk dalam famili glikoprotein yang mempunyai
struktur dasar sama, terdiri dari 82-96% polipeptida dan 4-18% karbohidrat.
Komponen polipeptida membawa sifat biologik molekul antibodi tersebut. Molekul
antibodi mempunyai dua fungsi yaitu mengikat antigen secara spesifik dan
memulai reaksi fiksasi komplemen serta pelepasan histamin dari sel mast. Pada
manusia dikenal 5 kelas imunoglobulin. Tiap kelas mempunyai perbedaan sifat
fisik, tetapi pada semua kelas terdapat tempat ikatan antigen spesifik dan
aktivitas biologik berlainan. Struktur dasar imunoglobulin terdiri atas 2 macam
rantai polipeptida yang tersusun dari rangkaian asam amino yang dikenal sebagai
rantai H (rantai berat) dengan berat molekul 55.000 dan rantai L (rantai
ringan) dengan berat molekul 22.000. Tiap rantai dasar imunoglobulin (satu
unit) terdiri dari 2 rantai H dan 2 rantai L. Kedua rantai ini diikat oleh
suatu ikatan disulfida sedemikian rupa sehingga membentuk struktur yang
simetris. Yang menarik dari susunan imunoglobulin ini adalah penyusunan daerah
simetris rangkaian asam amino yang dikenal sebagai daerah domain, yaitu bagian
dari rantai H atau rantai L, yang terdiri dari hampir 110 asam amino yang
diapit oleh ikatan disulfid interchain, sedangkan ikatan antara 2 rantai
dihubungkan oleh ikatan disulfid interchain. Rantai L mempunyai 2 tipe yaitu
kappa dan lambda, sedangkan rantai H terdiri dari 5 kelas, yaitu rantai G (γ),
rantai A (α), rantai M (μ), rantai E (ε) dan rantai D (δ). Setiap rantai
mempunyai jumlah domain berbeda. Rantai pendek L mempunyai 2 domain; sedang
rantai G, A dan D masing-masing 4 domain, dan rantai M dan E masing-masing 5
domain.
Struktur
dasar imunoglobulin terdiri atas 2 rantai berat (H-chain) yang identik dan 2
rantai ringan (L-chain) yang juga identik. Setiap rantai ringan terikat pada
rantai berat melalui ikatan disulfida (S-S), demikian pula rantai berat satu
dengan yang lain diikat dengan ikatan S-S. Molekul ini oleh enzim proteolitik
papain dapat dipecah menjadi tiga fragmen, yaitu 2 fragmen yang mempunyai
susunan sama terdiri atas H-chain dan L-chain, disebut fragmen Fab yang
dibentuk oleh domain terminal-N, dan 1 fragmen yang hanya terdiri atas H-chain
saja disebut fragmen Fc yang dibentuk oleh domain terminal-C.
B.
Tujuan
·
Mengetahui pengertian tentang imunoglobulin.
·
Mengetahui struktur imunoglobulin.
·
Mengetahui tentang klasifikasi imunoglobulin.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Imunoglobulin merupakan substansi pertama yang
diidentifikasi sebagai molekul dalam serum yang mampu menetralkan sejumlah
mikroorganisme penyebab infeksi. Molekul ini disintesis oleh sel B dalam 2
bentuk yang berbeda, yaitu sebagai reseptor permukaan (untuk mengikat antigen),
dan sebagai antibodi yang disekresikan ke dalam cairan ekstraselular. Antibodi
yang disekresikan dapat berfungsi seebagai adaptor yang mengikat antigen
melalui binding-sites-nya yang spesifik ,sekaligus merupakan jembatan yang
menghubungkan antigen dengan sel-sel sistem imun atau mengaktivasi komplemen.
Imunoglobulin (Ig) terdiri atas molekul – molekul protein yang walaupun satu
dengan lain memiliki banyak persamaan dalam hal struktur dan sifat biologik
berbeda dalam susunan asam amino yang membentuk molekul sesuai kelas dan
fungsinya. Antibodi yang dibentuk sebagai reaksi terhadap salah satu jenis
antigen mempunyai susunan asam amino yang berbeda dengan antibodi yang dibentuk
terhadap antigen lain, dan masing – masing hanya dapat berikatan dengan antigen
yang relevan. Sifat inilah yang disebut spesifisitas antibodi. Walaupun
demikian, molekul imunoglobulin bukan sekedar molekul yang dapat mengikat
antigen dengan cara ‘’lock and key’’, tetapi mempunyai sifat yang sangat
kompleks. Ia dapat mengikat antigen secara spesifik baik dalam fase pengenalan
maupun dalam fase efektor imunitas humoral.[1]
Agar supaya dapat berfungsi efektif , molekul immunoglobulin harus mempunyai
bagian yang dapat bereaksi spesifik dengan antigen. Selain itu ia harus
mempunyai struktur yang meungkinkan molekuul itu masuk kedalam jaringan atau
lokasi antigen; susunan molekul harus sedemikian rupa sehingga molekul tidak
mudah dihancurkan oleh enzim proteolitik, dan harus memiliki bagian yang dapat
berikatan dengan fagosit. [5]
Imunoglobulin terdiri atas komponen polipeptida sebanyak
82 – 96% dan selebihnya karbohidrat. Komponen polipeptida memiliki hampir semua
sifat biologik antibodi. Fungsiya yang utama dalam respons imun adalah mengikat
dan menghancurkan antigen, kurang memberikan dampak yang nyata kalau tidak disertai fungsi efektor
sekunder. Fungsi efektor sekunder yang terpenting adalah memacu aktivasi
komplemen, disamping itu merangsang penglepasan histamin oleh basofil atau
mastosit dalam reaksi hipersensitivitas tipe segera. Opsonisasi antigen oleh
imunoglobulin meningkatkan fagositosi, memudahkan APC memproses dan menyajikan
antigen kepada sel T , dan meningkatkan fungsi sel NK dalam mekanisme antibody dependent
cytotoxicity (ADCC).[1] Imunoglobulin
merupakan kelompok protein yang sangat heterogen; bahkan IgG yang spesifik
untuk antigen tertentu mungkin terdiri dari berlusin - lusin molekul yang berbeda satu dengan yang
lain.[6, 9]
Hingga sekarang dikenal 5 kelas utama imunoglobulin dalam
serum manusia, yaitu IgG, IgA, IgM, IgD dan IgE. Klsifikasi ini didasarkan atas
perbedaan dalam struktur kimia yang mengakibatkan perbedaan dalam sifat
biologik maupun sifat fisika imunoglobulin.
2.2 Struktur imunoglobulin
Struktur dasar imunoglobulin terdiri atas 2 rantai berat
(H – chain) yang identik dan 2 rantai
ringan (L – chain) yang juga identik.
Setiap rantai ringan terikat pada rantai berat melalui ikatan disulfide (S -
S), demikian pula rantai berat satu dengan yang lain diikat dengan ikatan S -
S. Molekul ini oleh enzim proteolitik papain dapat dipecah menjadi 3 fragmen,
yaitu 2 fragmen yang mempunyai susunan sama terdiri atas H - chain dan L-chain, disebut fragmen Fab yang dibentuk oleh domain terminal - N,
dan 1 fragmen yang hanya terdiri atas H - chain
saja disebut fragmen Fc yang dibentuk oleh domain terminal – C. Fragmen Fab dengan antigen
binding sites, berfungsi mengikat antigen, karena itu susunan asam amino
dibagian ini berbeda antara molekul immunoglobulin yang satu dengan yang lain
dan sangat variabel sesuai dengai variabilitas antigen yang merangsang
pembentukannya. Sebaliknya fragmen Fc merupakan fragmen yang konstan. Fragmen
ini tidak mempunyai kemampuan mengikat antigen tetapi dapat bersifat mengikat
sebagai antigen (determinan antigen). Fragmen ini pulalah yang mempunyai fungsi
efektor sekunder dan menentukan sifat biologik imunoglobulin bersangkutan, misalnya kemempuan
imunoglobulin untuk melekat pada sel, fiksasi komplemen, kemampuan Ig menembus
plasenta, distribusi imunoglobulin dalam tubuh dan lain – lain. Papain memecah
immunoglobulin pada terminal asam amino di tempat ikatan S – S yang mengikat
kedua rantai H satu dengan yang lain. Enzim proteolitik lain yaitu pepsin dapat
memecah molekul imunoglobulin dibelakang ikatan S – S. Pemecahan ini
mengakibatkan terbentuknya satu fragmen besar yang disebut F (ab’)2 yang mampu
mengikat dan menggumpalkan antigen karena ia bersifat bivalen dan dapat
membentuk lattice. Pepsin selanjutnya
dapat memecah fragmen Fc menjadi beberapa bagian kecil. Bagian molekul
imunoglobulin yang peka terhadap pemecahan oleh kedua enzim di atas disebut
bagian engsel (hinge region).[6, 8] Kedua bentuk imunoglobulin, yaitu sIg
dan Ig yang disekresikan hanya berbeda pada domain terminal – C: sIg memiliki
bagian transmembran dan bagian intrasitoplasmik yang pendek.
Polimerisasi imunoglobulin terjadi pada IgM (pentamer
atau heksamer) dan IgA (umumnya dimer). Polimerisasi kelas imunoglobulin ini
bergantung pada rantai J (joining)
dan banyaknya rantai J menentukan proporsi molekul IgM pentamer dibanding IgM
heksamer. Rantai J membantu polimerisasi IgM dan IgA dengan cara ikat – silang
disulfida pada residu cysteine yang terdapat pada domain C – terminal molekul
IgM dan IgA yang disekresi. [9]
2.3 Klasifikasi imunoglobulin
Saat ini dikenal 5 kelas utama
imunoglobulin, setiap kelas mempunyai rantai berat yang spesifik. IgG mempunyai
rantai γ (G) sedangkan rantai berat pada IgM adalah rantai μ (M), pada IgA rantai
beratnya adalah α (A), pada IgD rantai δ (D) dan pada IgE rantai ε (E). Jadi
kelima kelas imunoglobulin diberi nama sesuai H – chain yang menyusunnya. Selain itu juga terdapat 2 tipe L – chain ( rantai ringan ) yaitu к dan ג.
Tiap molekul IgG tersusun atas satu unit dasar (karena
itu disebut monomer) terdiri atas 2 rantai γ dirangkaikan dengan 2 rantai к atau
rantai ג.
IgE juga merupakan monomer, tersusun atas 2 rantai ε dan 2 rantai к atau ג, demikian
pula IgD yang terdiri atas 2 rantai δ dan 2 rantai к atau ג. Di lain pihak
molekul IgM yang disekresikan merupakan molekul pentamer terdiri atas 5 unit
dasar. Tiap unit dasar terdiri terdiri atas 2 rantai μ dirangkaikan dengan 2
rantai к atau ג.
Kelima unit dasar dirangkaikan satu dengan lain dengan rantai J (joining chain), yaitu bagian non –
immunoglobulin yang mengandung banyak sulfhidril. IgM pada permukaan limfosit
(sIgM) dijumpai sebagai monomer. IgA juga dapat dijumpai dalam 2 bentuk, yaitu
monomer dan dimmer. Sebagian besar (80% - 90%) IgA terdapat dalam bentuk
dimmer, terdiri atas 2 unit dasar, masing – masing unit mempunyai 2 rantai alfa
dan 2 rantai kappa atau lambda. Kedua unit dasar dirangkaikan satu dengan yang
lain oleh rantai J.[2, 4, 6] Di
samping kelima kelas imunoglobulin, diketahui beberapa subkelas Ig, yaitu
subkelas IgG: IGg1, IgG2, IgG3, IgG4, sedangkan subkelas IgA adalah IgA1 dan
IgA2 dan subkelas IgD yaitu IgD1 dan IgD2. subkelas imunoglobulin satu dengan
lain berbeda dalam susunan asam amino dan berat molekul, dengan demikian juga
sifat biologiknya.
IgG
Dalam
serum orang dewasa normal, IgG merupakan 75% dari imunoglobulin total, dan
dijumpai dalam bentuk monomer. Di antara semua kelas imunoglobulin, IgG paling mudah
berdifusi kedalam jaringan ekstravaskular dan melakukan aktivitas antibodi di
jaringan. Di dalam darah IgG mempunyai half
life sekitar 23 hari.[6]
IgA
Kelas imunoglobulin kedua terbanyak
adalah IgA. IgA berfungsi utama dalam cairan sekresi dan diproduksi dalam
jumlah besar oleh sel plasma dalam jaringan limfoid yang terdapat sepanjang
saluran cerna, saluran nafas, dan saluran urogenital dalam bentuk dimer.
Sejenak sebelum IgA dilepaskan oleh sel plasma, kedua unit dasr imunoglobulin
di satu dengan lain dengan rantai J, kemudian didalam epitel mukosa kelenjar,
IgA dirangkaikan dengan komponen sekretorik yang diproduksi oleh sel epitel
lokal. Komponen sekretorik diduga bertindak sebagai reseptor untuk memudahkan
IgA menembus epitel mukosa dengan cara endositosis. Setelah dirangkaikan dengan
komponen sekretorik, IgA dilepaskan ke dalam cairan sekresi. Komponen
sekretorik memudahkan transport IgA dalam cairan sekresi dan melindungi molekul
IgA terhadap enzim proteolitik yang terdapat pada cairan itu.[2, 7] IgA tidak mengaktivasi komplemen
melalui jalur klasik tetapi aktivasi komplemen dilakukan melaui jalur
alternatif. Salah satu komponen kompleman yang dilepaskan pada aktivasi ini
yaitu, C3b dapat melakukan opsoniasi mikroorganisme sehingga mikroorganisme itu
mudah di fagositosis. IgA juga berfungsi membatasi absorpsi antigen yang
berasal dari makanan. Dalam darah IgA umumnya dijumpai dalam bentuk monomer dan merupakan 15% dari kadar
imunoglobulin total. Half life IgA adalah 5 - 6 hari.
IgM
IgM terletak pada intravaskular dan
merupakan 10% dari imunoglobulin total dari serum. IgM merupakan
Imunoglobulin utama yang pertama dihasilkan dalam respon imun primer. IgM
terdapat pada semua permukaan sel B yang tidak terikat. Pentamer berbobot
molekul 900.000 ini secara keseluruhan memiliki sepuluh tempat pengikatan
antigen Fab sehingga bervalensi 10, yang dapat dibuktikan dengan reaksi Hapten.
Polimernya berbentuk bintang, tetapi apabila terikat pada permukaan sel akan
berbentuk kepiting.
Disebabkan bervalensi tinggi, maka antibodi ini paling
sering bereaksi di antara semua Imunoglobulin, sangat efisien untuk reaksi
aglutinasi dan reaksi sitolitik, pengikatan komplemen, reaksi antibodi-antigen
yang lain dan karena timbulnya cepat setelah terjadi infeksi dan tetap tinggal
dalam darah, maka IgM merupakan daya tahan tubuh yang penting untuk
bakteremia dan virus. Antibodi ini dapat diproduksi oleh janin yang terinfeksi.
IgD
IgD dapat bertindak sebagai reseptor antigen apabila
berada pada permukaan limfosit B tertentu dalam darah tali pusar janin dan
mungkin merupakan reseptor pertama dalam permulaan kehidupan sebelum diambil
alih fungsinya IgM dan Imunoglobulin lainnya. Selain itu IgD sangat peka
terhadap enzim proteolitik; hal inilah yang mungkin menyebabkan umur IgD yang
pendek ( 2 – 3 hari).
IgE
IgE dapat dijumpai dalam serum dengan kadar amat rendah,
dan hanya merupakan 0,0004% saja dari kadar imunoglobulin total. Diketahui
bahwa kadar IgE meningkat sesuai dengan kepekaan orang yang bersangkutan
terhadap alergen yang relevan. Sel plasma yang memproduksi IgE terdapat dalam
tonsil dan sinusoid pada jaringan limfoid sepanjang mukosa saluran nafas dan
saluran cerna.
IgE apabila disuntikkan ke dalam kulit akan terikat pada
Mast Cells dan Basofil. Kontak dengan antigen akan menyebabkan degranulasi dari
Mast Cells dengan pengeluaran zat amin yang vasoaktif. IgE yang terikat ini
berlaku sebagai reseptor yang merangsang produksinya dan kompleks
antigen-antibodi yang dihasilkan memicu respon alergi Anafilaktik melalui
pelepasan zat perantara.
BAB
III
PEMBAHASAN
Terdapat beberapa tipe berbeda dari rantai berat
antibodi, dan beberapa tipe antibodi yang berbeda, yang dimasukan ke dalam
kelas yang berbeda berdasarkan pada tiap rantai berat. Lima isotype antibodi
yang berbeda diketahui berada pada tubuh mamalia dan memainkan peran yang
berbeda dan menolong mengarahkan respon imun yang tepat untuk tiap tipe benda
asing berlainan yang masuk ke dalam tubuh, yaitu: IgG, IgM, IgA, IgD dan IgE,
yang mempunyai perbedaan area C.
IgG berbentuk monomer dan mudah berdifusi kedalam jaringan
ekstravaskular dan melakukan aktivitas antibodi di jaringan. IgA berfungsi utama
dalam cairan sekresi dan diproduksi dalam jumlah besar oleh sel plasma dalam
jaringan limfoid yang terdapat sepanjang saluran cerna, saluran nafas, dan
saluran urogenital dalam bentuk dimer. IgM karena mempunyai valensi yang tinggi
sangat
efisien untuk reaksi aglutinasi dan reaksi sitolitik, pengikatan komplemen,
reaksi antibodi-antigen yang lain dan karena timbulnya cepat setelah terjadi
infeksi dan tetap tinggal dalam darah, Antibodi ini dapat diproduksi oleh janin
yang terinfeksi.
IgD dapat bertindak sebagai reseptor antigen apabila
berada pada permukaan limfosit B tertentu dalam darah tali pusar janin dan
mungkin merupakan reseptor pertama dalam permulaan kehidupan sebelum diambil
alih fungsinya IgM dan Imunoglobulin lainnya. Diketahui bahwa kadar IgE meningkat
sesuai dengan kepekaan orang yang bersangkutan terhadap alergen yang relevan.
Sel plasma yang memproduksi IgE terdapat dalam tonsil dan sinusoid pada
jaringan limfoid sepanjang mukosa saluran nafas dan saluran cerna.
BAB
IV
PENUTUP
Kesimpulan
Imunoglobulin dikenal
juga dengan nama lain yaitu antibodi atau zat kebal, yang tersusun dari protein
dengan struktur bangun tertentu sesuai dengan kelas antibodi. Imunoglobulin
bisa berbentuk monomer, dimer atau pentamer. Imunoglobulin dibentuk oleh sel
limfosit B (kalau telah matang disebut dengan sel plasma) yang telah terinduksi
oleh antigen tertentu. Setiap klon limfosit B membentuk antibodi spesifik tehadap
satu epitop antigen pemaparnya, jika suatu antigen pemapar tersusun dari 30
epitop maka akan terbentuk 30 jenis antibodi spesifik yang masing-masing
dihasilkan oleh klon limfosit B yang berespon secara spesifik. Sebagai respon
awal kekebalan tubuh akan terbentuk imunoglobulin M (lgM) sangat dominan
dibarengi dengan imunoglobulin G (lgG) dalam jumlah relatif sedikit.
Selanjutnya pada kontak antigen yang sama untuk ke dua atau ke tiga kalinya
(booster) akan terbentuk imunoglobulin G dalam jumlah yang dominan, hal ini
terjadi karena adanya respon sel memori yang mampu memproduksi IgG dalam jumlah
yang sangat banyak dan dalam waktu relatif cepat.
Imunoglobulin mempunyai
3 fungsi biologis yang sangat penting, yakni sebagai (1) aglutinin atau
presipitin, (2) sebagai inhibin dan (3) sebagai opsonin. Ketiga cara kerja
imunoglobulin ini memungkinkan imunoglobulin mempunyai efek netralisasi
terhadap antigen yang memapar tubuh inang. Kerja suatu antigen akan terhambat
bila antigen tersebut mampu dibuat dalam bentuk tidak larut oleh antibodi,
sebagai akibat bentuk kompleks antigen-antibodi yang terbentuk, dalam hal ini
antibodi mempunyai efek aglutinin atau presipitin. Netralisasi antigen juga
bisa terjadi sebagai akibat kegagalan antigen untuk menempel pada reseptor tertentu
di permukaan sel inang sebagai akibat daya hambat antibodi spesifiknya, dalam
hal ini antibodi berfungsi sebagai inhibin. Netralisasi terhadap antigen bisa
pula terjadi karena proses penghancuran antigen oleh sel fagosit, proses ini
dipercepat apabila antigen ada dalam bentuk teropsonisasi oleh antibodi.
1. Abbas KA, Lichtman AH, Pober JS. Antibodies and antigens. Dalam: Cellular
and molecular immunology, 4th ed. Philadelphia, WB Saunders Co,
2000: 41 – 62.
2. Abbas AK,
Lichtman AH, Pober JS. B cell activation
and antibody production. Dalam: Cellular and molecular immunology 4th ed.
Philadelphia, WB Saunders Co, 2000: 182 -
207.
3. Amasaki Y,
Miyatake S, Arai N. Regulation of nuclear
factor of activated T – cell family
receptors during T – cell development in the thymus. J Allergy & Imumunol,
2000; 106: S1 – S9.
4. Chaplin DD and
Fu Yx. Secondary regulation of secondary
lymphoid organ development.
Current Opinion in Immunology. 1998; 10: 289 – 7.
5. Clevers H and
Ferrier P. Transcriptional control during
T –cell development. Current
Opinion in Immunol. 1998; 10: 166 – 71.
6. Goodman JW. Immunoglobulins; structure and function. Dalam: Stites DP and Terr AI. (eds) Basic and clinical in immunology 7th ed.
Norwalk Connecticut, Appleton & Lange 1991; 109 – 121.
7. Hay F and
Westwood O. The generation of diversity. Dalam: Roitt I, Brostoff J, Male D
(eds). Immunology, 4th ed.
London, Mosby Co, 1996; 6. 2 – 6. 14.
8. Lydyard P,
Grossi C. Cells involved in the immune
respons. Dalam: Roitt I Brostoff J and male D (eds). Immunology 4th ed. London, Mosby Co, 1996; 2.1 – 2. 14.
9. Male D, Cooke
A, Owen M, Trowsdale J, Champion . Antigen
receptor molecules. Dalam: Advanced
Immunology 3rd ed. London, Mosby Co 1996; 2.1 – 2.23.
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.