LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK
KADAR ERITROSIT
KELAS 6G / Gelombang 2
KELOMPOK III
Aulia Dinika N.A (0904015033)
Dewi Puspita Sari (0904015062)
Hafillia Haznawati (0904015115)
Nurul Anggraeni (0904015207)
Sulistiani (0904015262)
JURUSAN
FARMASI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Salah satu
fungsi darah di dalam tubuh adalah sebagai alat transportasi. Di dalam tubuh
darah berperan dalam transport oksigen, karbon dioksida, zat makanan ,
metabolit- metabolit yang tidak diperlukan, mengatur suhu tubuh normal,
mempertahankan keseimbangan asam basa, mengatur keseimbangan air, mengatasi
infeksi, transport hormon untuk metabolisme dan transport metabolit- metabolit
antar jaringan. Jumlah darah dalam tubuh sekitar 5 -7 % dari berat badan. Pada wanita angka ini sedikit
lebih rendah. Plasma
terdiri dari 91 -92% adalah air dan sisanya merupakabn zat- zat yang larut
didalamnya berupa protein, enzim, hormon, vitamin, lipid, asam amino, dsb.
Plasma darah ini merupakan system transport yang melayani semua sel melalui
medium cairan ekstraselular.
Darah berwarna merah
karena adanya sel-sel darah merah. Sel darah merah berbentuk bulat gepeng yang
kedua permukaannya cekung. Sel darah merah tidak memiliki inti sel dan
mengandung hemoglobin. Eritrosit merupakan
bagian utama dari sel darah. Jumlah pada pria dewasa sekitar 5 juta sel/cc
darah dan pada wanita sekitar 4 juta sel/cc darah. Berbentuk Bikonkaf, warna
merah disebabkan oleh Hemoglobin (Hb) fungsinya adalah untuk mengikat Oksigen.
Kadar 1 Hb inilah yang dijadikan patokan dalain menentukan penyakit Anemia.
Eritrosit berusia sekitar 120 hari. Sel yang telah tua dihancurkan di Limpa 4.
Hemoglobin dirombak kemudian dijadikan pigmen Bilirubin (pigmen empedu).
Fungsi utama
dari sel-sel darah merah (eritrosit) adalah mengangkut Hb yang seterusnya akan
membawa oksigen yang berasak dari paru- paru ke jaringan. Sel darah merah
normal berbentuk pelat, cekung ganda dan berdiameter 8 mikron. Konsentrasi pada
pria lebih besar daripada wanita.
Menghitung sel-sel darah dari ketiga
jenis sel darah leukosit, eritrosit, dan trombosit dihitung jumlahnya persatuan
volume darah. Upaya itu biasanya dilakukan dengan menggunakan alat hitung
elektronik. Pada dasarnya alat semacam itu yang lazimnya dipakai bersama alat
pengencer otomatik memberi hasil yang sangat teliti dan tepat. Harga alat
penghitung elektronik mahal dan mengharuskan pemakaian dan pemeliharaan yang
sangat cermat. Selain itu perlu ada upaya untuk menjamin tepatnya alat itu
bekerja dalam satu program jaminan mutu (quality control). Cara-cara menghitung
sel darah secara manual dengan memakai pipet dan kamar hitung tetap menjadi upaya
dalam laboratorium (Gandasoebrata,R. 2007).
Tujuan Praktikum
v Menghitung
jumlah eritrosit secara manual
v Membandingkan
hasil literature dan hasil pengamatan
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Definisi
Sel darah merah, eritrosit (en:red blood cell, RBC, erythrocyte) adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah dalam hewan bertulang belakang. Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat mengikat oksigen. Hemoglobin akan mengambil oksigen dari paru-paru dan insang, dan oksigen akan dilepaskan saat eritrosit melewati pembuluh kapiler. Warna merah sel darah merah sendiri berasal dari warna
hemoglobin yang unsur pembuatnya adalah zat besi. Pada manusia, sel darah merah dibuat di sumsum tulang belakang, lalu membentuk kepingan bikonkaf. Di dalam sel darah merah tidak
terdapat nukleus. Sel darah merah sendiri aktif selama 120 hari sebelum akhirnya
dihancurkan.
Sel
darah merah atau yang juga disebut sebagai eritrosit berasal dari Bahasa
Yunani, yaitu erythros berarti merah dan kytos yang berarti
selubung/sel).
Sel Darah Merah
B.
Struktur Eritrosit
Sel darah merah (eritrosit) bentuknya seperti cakram/ bikonkaf dan
tidak mempunyai inti. Ukuran diameter kira-kira 7,7 unit (0,007 mm), tidak
dapat bergerak. Banyaknya kira–kira 5 juta dalam 1 mm3 (41/2 juta). Warnanya
kuning kemerahan, karena didalamnya mengandung suatu zat yang disebut
hemoglobin, warna ini akan bertambah merah jika di dalamnya banyak mengandung
oksigen. Jumlah
eritrosit juga bervariasi, tergantung jenis kelamin , usia , dan ketinggian
tempat tinggal seseorang. Jumlah eritrosit pada laki-laki normal 5,1-5,8 juta
per mililiter kubik darah dan pada wanita normal 4,3-5,2 juta per mililiter
kubik darah. Orang yang hidup di dataran tinggi cenderung memiliki eritrosit
yang lebih banyak. Eritrosit dapat berkurang lebih banyak karena ada luka yang
mengeluarkan darah banyak dan penyakit anemia. Aktivitas seseorag akan
berpengaruh pada peredaran darah sehingga oksigen yang dilepas akan
berbeda-beda untuk setiap orang (Marieb 2004; Solomon at al. 2005).
Fungsi
sel darah merah adalah mengikat oksigen dari paru–paru untuk diedarkan ke
seluruh jaringan tubuh dan mengikat karbon dioksida dari jaringan tubuh untuk
dikeluarkan melalui paru–paru. Pengikatan oksigen dan karbon dioksida ini
dikerjakan oleh hemoglobin yang telah bersenyawa dengan oksigen yang disebut oksihemoglobin
(Hb + oksigen 4 Hb-oksigen) jadi oksigen diangkut dari seluruh tubuh sebagai
oksihemoglobin yang nantinya setelah tiba di jaringan akan dilepaskan:
Hb-oksigen Hb + oksigen, dan seterusnya. Hb tadi akan bersenyawa dengan karbon
dioksida dan disebut karbon dioksida hemoglobin (Hb + karbon dioksida Hb-karbon
dioksida) yang mana karbon dioksida tersebut akan dikeluarkan di paru-paru.
A.
Pembentukan Eritrosit
Sel
darah merah (eritrosit) diproduksi di dalam sumsum tulang merah, limpa dan
hati. Proses pembentukannya dalam sumsum tulang melalui beberapa tahap.
Mula-mula besar dan berisi nukleus dan tidak berisi hemoglobin kemudian dimuati
hemoglobin dan akhirnya kehilangan nukleusnya dan siap diedarkan dalam
sirkulasi darah yang kemudian akan beredar di dalam tubuh selama kebih kurang
114 - 115 hari, setelah itu akan mati.
Hemoglobin
yang keluar dari eritrosit yang mati akan terurai menjadi dua zat yaitu hematin
yang mengandung Fe yang berguna untuk membuat eritrosit baru dan hemoglobin
yaitu suatu zat yang terdapat didalam eritrisit yang berguna untuk mengikat
oksigen dan karbon dioksida. Jumlah normal pada orang dewasa kira- kira 11,5 –
15 gram dalam 100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan laki-laki 13,0 mg%.
Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terdiri dari asam amino
dan memerlukan pula zat besi, sehingga diperlukan diit seimbang zat besi. Di
dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa berkurang, demikian juga
banyaknya hemoglobin dalam sel darah merah. Apabila kedua-duanya berkurang maka
keadaan ini disebut anemia, yang biasanya disebabkan oleh perdarahaan yang
hebat, penyakit yang melisis eritrosit, dan tempat pembuatan eritrosit
terganggu.
Proses pembentukan eritrosit disebut eritropoiesis. Pada beberapa minggu kehidupan embrio di dalam kandungan, eritrosit dihasilkan dari kantong kuning telur. Beberapa bulan kemudian, pembentukan eritrosit terjadi di hati, limfa, dan kelenjar limfa. Setelah bayi lahir eritrosit di bentuk oleh sumsum tulang. Produksi eritrosit distimulasi oleh hormon eritropoietin. Kira-kira di usia 20 tahun, sumsum bagian proksimal tulang panjang sudah tidak lagi berproduksi. Sebagian besar eritrosit di hasilkan dari sumsum tulang membranosa ( tulang belakang, dada, rusuk, dan panggul). Dengan meningkatnya usia, sumsum tulang menjadi kurang produktif.
A. Eritrosit Vertebrata
Eritrosit
secara umum terdiri dari hemoglobin, sebuah metalloprotein kompleks yang mengandung gugus heme, dimana dalam golongan heme tersebut, atom besi akan tersambung secara temporer dengan molekul oksigen (O2) di paru-paru dan insang, dan kemudian molekul oksigen ini akan di lepas ke seluruh tubuh.
Oksigen dapat secara mudah berdifusi lewat membran sel darah merah. Hemoglobin
di eritrosit juga membawa beberapa produk buangan seperti CO2 dari
jaringan-jaringan di seluruh tubuh. Hampir keseluruhan molekul CO2
tersebut dibawa dalam bentuk bikarbonat dalam plasma darah. Myoglobin, sebuah senyawa yang terkait dengan hemoglobin, berperan sebagai
pembawa oksigen di jaringan otot.
Warna
dari eritrosit berasal dari gugus heme yang terdapat pada hemoglobin. Sedangkan
cairan plasma darah sendiri berwarna kuning kecoklatan, tetapi eritrosit akan berubah
warna tergantung pada kondisi hemoglobin. Ketika terikat pada oksigen, eritrosit akan berwarna merah
terang dan ketika oksigen dilepas maka warna erirosit akan berwarna lebih
gelap, dan akan menimbulkan warna kebiru-biruan pada pembuluh darah dan kulit. Metode tekanan oksimetri mendapat keuntungan dari perubahan
warna ini dengan mengukur kejenuhan oksigen pada darah arterial dengan memakai teknik kolorimetri.
Pengurangan
jumlah oksigen yang membawa protein di beberapa sel tertentu (daripada larut
dalam cairan tubuh) adalah satu tahap penting dalam evolusi makhluk hidup
bertulang belakang (vertebratae). Proses ini menyebabkan terbentuknya sel darah
merah yang memiliki viskositas rendah, dengan kadar oksigen yang tinggi, dan difusi oksigen yang lebih baik dari sel darah ke jaringan tubuh. Ukuran
eritrosit berbeda-beda pada tiap spesies vertebrata. Lebar eritrosit kurang lebih 25% lebih besar daripada diameter
pembuluh kapiler dan telah disimpulkan bahwa hal ini meningkatkan pertukaran
oksigen dari eritrosit dan jaringan tubuh.
Vertebrata
yang diketahui tidak memiliki eritrosit adalah ikan dari familia Channichthyidae. Ikan dari familia Channichtyidae hidup di lingkungan air dingin
yang mengandung kadar oksigen yang tinggi dan oksigen secara bebas terlarut
dalam darah mereka. Walaupun mereka tidak memakai hemoglobin lagi, sisa-sisa
hemoglobin dapat ditemui di genom mereka.
A. Nukleus
Pada
mamalia, eritrosit dewasa tidak memiliki nukleus di dalamnya (disebut
anukleat), kecuali pada hewan vertebrata non mamalia tertentu seperti salamander dari genus Batrachoseps. Konsentransi asam askorbat di dalam sitoplasma eritrosit anukleat tidak berbeda dengan konsentrasi vitamin C yang terdapat di dalam plasma darah. Hal ini berbeda dengan sel darah yang dilengkapi inti sel atau sel jaringan, sehingga memiliki konsentrasi asam askorbat yang jauh lebih
tinggi di dalam sitoplasmanya.
Rendahnya
daya tampung eritrosit terhadap asam askorbat disebabkan karena sirnanya transporter SVCT2 ketika eritoblas mulai beranjak dewasa menjadi eritrosit. Meskipun demikian,
eritrosit memiliki daya cerap yang tinggi terhadap DHA melalui transporter GLUT1 dan
mereduksinya menjadi asam askorbat.
A. Fungsi lain
Ketika
eritrosit berada dalam tegangan di pembuluh yang sempit, eritrosit akan
melepaskan ATP yang akan menyebabkan dinding jaringan untuk berelaksasi dan
melebar. Eritrosit juga melepaskan senyawa S-nitrosothiol saat hemoglobin terdeoksigenasi, yang juga berfungsi untuk
melebarkan pembuluh darah dan melancarkan arus darah supaya darah menuju ke
daerah tubuh yang kekurangan oksigen.
Eritrosit
juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Ketika sel darah merah mengalami
proses lisis oleh patogen atau bakteri, maka hemoglobin di dalam sel darah merah akan melepaskan radikal
bebas yang akan menghancurkan dinding dan membran sel patogen, serta
membunuhnya.
Eritrosit juga mengkatalisis reaksi
antara karbon dioksida (CO₂) dan air, karena eritrosit mengandung karbonat
anhidrase dalam jumlah besar. Reaksi ini memungkinkan darah bereaksi dengan
CO₂ dan
mengangkutnya dari jaringan ke paru-paru.
B.
Eritrosit
Mamalia
Pada
awal pembentukannya, eritrosit mamalia memiliki nuklei, tapi nuklei tersebut akan perlahan-lahan menghilang karena
tekanan saat eritrosit menjadi dewasa untuk memberikan ruangan kepada hemoglobin. Eritrosit mamalia juga kehilangan organel sel lainnya seperti mitokondria. Maka, eritrosit tidak pernah memakai oksigen yang mereka antarkan,
tetapi cenderung menghasilkan pembawa energi ATP lewat proses fermentasi yang diadakan dengan proses glikolisis pada glukosa yang diikuti pembuatan asam laktat. Lebih lanjut lagi bahwa eritrosit tidak memiliki reseptor insulin dan pengambilan glukosa pada eritrosit tidak dikontrol oleh insulin. Karena tidak adanya nuklei dan organel lainnya, eritrosit dewasa
tidak mengandung DNA dan tidak dapat mensintesa RNA, dan hal ini membuat eritrosit tidak bisa membelah atau
memperbaiki diri mereka sendiri.
Eritrosit
mamalia berbentuk kepingan bikonkaf yang diratakan dan diberikan tekanan di
bagian tengahnya, dengan bentuk seperti "barbel" jika dilihat secara
melintang. Bentuk ini (setelah nuklei dan organelnya dihilangkan) akan
mengoptimisasi sel dalam proses pertukaran oksigen dengan jaringan tubuh di
sekitarnya. Bentuk sel sangat fleksibel sehingga muat ketika masuk ke dalam pembuluh kapiler yang kecil. Eritrosit biasanya berbentuk bundar, kecuali pada
eritrosit di keluarga Camelidae (unta), yang berbentuk oval.
Pada
jaringan darah yang besar, eritrosit kadang-kadang muncul dalam tumpukan,
tersusun bersampingan. Formasi ini biasa disebut roleaux formation, dan
akan muncul lebih banyak ketika tingkat serum protein dinaikkan, seperti contoh ketika peradangan terjadi.
Limpa berperan sebagai waduk eritrosit, tapi hal ini dibatasi dalam
tubuh manusia. Di beberapa hewan mamalia, seperti anjing dan kuda, limpa mengurangi eritrosit dalam jumlah besar, yang akan dibuang
pada keadaan bertekanan, dimana proses ini akan menghasilkan kapasitas transpor
oksigen yang tinggi.
C. Eritrosit pada manusia
Kepingan
eritrosit manusia memiliki diameter sekitar 6-8 μm dan ketebalan 2 μm, lebih
kecil daripada sel-sel lainnya yang terdapat pada tubuh manusia. [13] Eritrosit normal memiliki volume sekitar 9 fL (9 femtoliter) Sekitar sepertiga dari volume diisi oleh hemoglobin, total dari
270 juta molekul hemoglobin, dimana setiap molekul membawa 4 gugus heme.
Orang
dewasa memiliki 2–3 × 1013 eritrosit setiap waktu (wanita memiliki 4-5 juta
eritrosit per mikroliter darah dan pria memiliki 5-6 juta. Sedangkan orang yang
tinggal di dataran tinggi yang memiliki kadar oksigen yang rendah maka
cenderung untuk memiliki sel darah merah yang lebih banyak). Eritrosit terkandung
di darah dalam jumlah yang tinggi dibandingkan dengan partikel darah yang lain,
seperti misalnya sel darah putih yang hanya memiliki sekitar 4000-11000 sel darah putih dan platelet yang hanya memiliki 150000-400000 di setiap mikroliter dalam
darah manusia.
Pada manusia,
hemoglobin dalam sel darah merah mempunyai peran untuk mengantarkan lebih dari
98% oksigen ke seluruh tubuh, sedangkan sisanya terlarut dalam plasma darah.
Eritrosit
dalam tubuh manusia menyimpan sekitar 2.5 gram besi, mewakili sekitar 65% kandungan besi di dalam tubuh manusia.
D.
Daur Hidup
Proses
dimana eritrosit diproduksi dinamakan eritropoiesis. Secara terus-menerus, eritrosit diproduksi di sumsum tulang merah, dengan laju produksi sekitar 2 juta eritrosit per detik (pada
embrio, hati berperan sebagai pusat produksi eritrosit utama). Produksi dapat
distimulasi oleh hormon eritropoietin (EPO) yang disintesa oleh ginjal. Hormon ini sering digunakan dalam aktivitas olahraga sebagai doping. Saat sebelum dan sesudah meninggalkan sumsum tulang belakang, sel yang berkembang ini dinamai retikulosit dan jumlahnya sekitar 1% dari seluruh darah yang beredar.
Eritrosit dikembangkan
dari sel punca melalui retikulosit untuk mendewasakan eritrosit dalam waktu
sekitar 7 hari dan eritrosit dewasa akan hidup selama 100-120 hari.
Anemia
Anemia (dalam
bahasa Yunani: Tanpa
darah) adalah keadaan saat jumlah sel
darah merah atau
jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel
darah merah berada di bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang
memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang
diperlukan tubuh.
ü Penyebab Anemia
Penyebab umum dari
anemia:
- Perdarahan hebat
- Akut (mendadak)
- Kecelakaan
- Pembedahan
- Persalinan
- Pecah pembuluh darah
- Kronik (menahun)
- Perdarahan hidung
- Wasir
(hemoroid)
- Ulkus peptikum
- Kanker
atau polip
di saluran pencernaan
- Tumor ginjal
atau kandung kemih
- Perdarahan menstruasi
yang sangat banyak
- Berkurangnya pembentukan sel darah
merah
- Kekurangan zat besi
- Kekurangan vitamin B12
- Kekurangan asam folat
- Kekurangan vitamin C
- Penyakit kronik
- Meningkatnya penghancuran sel
darah merah
- Pembesaran limpa
- Kerusakan mekanik pada sel darah
merah
- Reaksi autoimun terhadap sel
darah merah:
- Hemoglobinuria nokturnal
paroksismal
- Sferositosis herediter
- Elliptositosis herediter
- Kekurangan G6PD
- Penyakit sel sabit
- Penyakit hemoglobin C
- Penyakit hemoglobin S-C
- Penyakit hemoglobin E
- Thalasemia
ü Gejala
Gejala-gejala
yang disebabkan oleh pasokan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ini,
bervariasi. Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan
kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung.
ü Diagnosa
Pemeriksaan
darah sederhana bisa menentukan adanya anemia. Persentase sel darah merah dalam
volume darah total (hematokrit) dan jumlah hemoglobin dalam suatu contoh darah bisa ditentukan.
Pemeriksaan tersebut merupakan bagian dari hitung jenis darah komplit (CBC).
Berikut merupakan beberapa jenis
anemia :
1. Anemia
hemografi terjadi akibat kehilangan darh akut. Sumsum tulang secara bertahap
akan memproduksi sel darh merah baru untuk kembali ke kondisi normal.
2. Anemia
defisiensi zat besi terjadi akibat penurunan asupan makanan, penurunan daya
absorpsi, atau kehilangan zat besi secara berlebihan.
3. Anemia
aplastik (sumsum tulang tidak aktif), ditandai dengan penurunan sel darah merah
secara besar-besaran. Hal ini dapat terjadi karena pajanan radiasi yang
berlebihan, keracunan zat kimia atau kanker.
4.
Anemia pernicious
karena tidak ada vitamin B12.
5. Anemia
sel sabit (sickle cel anemia) adalah
penyakit keturunan diman molekul hemoglobin yang berbeda dari hemoglobin
normalnya karena penggantian salah satu asam amino pada rantai polipeptida
beta. Akibatnya, sel darah merah terdistorsi menjadi berbentuk sabit dalam
kondisi konsentrasi oksigen yang rendah. Sel-sel terdistorsi ini menutup
kapiler dan mengganggu aliran darah.
Polisitemia
Polisitemia
adalah peningkatan sel darah merah dalam sirkulasi, yang mengakibatkan
peningkatan viskositas dan volume darah. Aliran darah yang mengalir melalui
pembuluh darah terhalang dan aliran kapilar dapat tertutup.
1). Polisitemia
kompensatori (sekunder) dapat terjadi akibat hipoksia (kekurangan oksigen)
karena hal berikut ini:
(a)
kediaman permanen dataran tinggi
(b)
aktifitas fifik berkepanjangan
(c)
penyakit paru atau penyakit jantung
2). Polisitemia Vera
adalah gangguan pada sum-sum tulang.
J. Hitung
jumlah eritrosit
Hitung eritrosit adalah jumlah eritrosit per
milimeterkubik atau mikroliter dalah. Seperti hitung leukosit, untuk menghitung
jumlah sel-sel eritrosit ada dua metode, yaitu manual dan elektronik
(automatik). Metode manual hampir sama dengan hitung leukosit, yaitu
menggunakan bilik hitung. Namun, hitung eritrosit lebih sukar daripada hitung
leukosit.
Prinsip hitung eritrosit manual adalah darah diencerkan
dalam larutan isotonis untuk memudahkan menghitung eritrosit dan mencegah
hemolisis. Larutan Pengencer yang digunakan adalah:
ü Larutan Hayem : Natrium sulfat 2.5 g, Natrium klorid 0.5
g, Merkuri klorid 0.25 g, aquadest 100 ml. Pada keadaan hiperglobulinemia,
larutan ini tidak dapat dipergunakan karena dapat menyebabkan precipitasi
protein, rouleaux, aglutinasi.
ü Larutan Gower : Natrium sulfat 12.5 g, Asam asetat
glasial 33.3 ml, aquadest 200 ml. Larutan ini mencegah aglutinasi dan rouleaux.
ü Natrium klorid 0.85 % . (Dharmojo, 2009).
BAB III
METODELOGI
Alat dan reagen :
·
Objek glass,
darah manusia
·
Lanset steril
·
Kapas alkohol 70%
·
Pipet thoma
eritrosit
·
Larutan hayem
·
Kamar hitung Improved Neubauer
·
Mikroskop
Prosedur:
1.
Tindakan sama
sperti cara mengisi pipet leukosit, yaitu darah yang dihisap sampai garis tanda
101 (pengenceran 200x). Reagen yang digunakan adalah larutan hayem.
2.
Kamar hitung
yang sudah disiapkan dengan darah + larutan hayem.
3.
Biarkan
selama 3 menit lalu lihat dibawah mikroskop pembesaran 40x.
4.
Kesalahan-kesalahan
pada tindakan menghitung eritrosit pada umumnya sama seperti yang telah diterangkan
pada satu tindakan menhitung leukosit. Satu kesalahan khusus yang sering dibuat
ialah menghitung jumlah eritrosit memakai lensa objektif kecil sehingga
kesalahan menjadi lebih besar.
BAB IV
HASIL
dan PERHITUNGAN
NO.
|
Nama mahasiswa
|
Kadar
Eritrosit
|
1
|
Riki
Subagja
|
3,18
jt/µl darah
|
2
|
Rachmawidya
F
|
3,97
jt/µl darah
|
3
|
Nurul
A
|
460000/µl
darah
|
4
|
Mustika
A
|
5,12
jt/µl darah
|
5
|
Faturrohman
|
3,07
jt/µl darah
|
Perhitungan:
Jumlah
Eritrosit (/µl darah) =
Vb= 80x
P x Lx T
= 80 x 1/20 x 1/20 x 0,1
= 0,02 µl darah
Fp =
Keterangan:
n = jumlah leukosit (sel darah putih) yang
dihitung pada kamar hitung
Fp = factor pengenceran
Vb = volume bidang yang dihitung
1. = = 3,18 jt/µl darah
2. = = 3,97 jt/µl darah
3. = = 460000/µl darah
4. = = 5,12 jt/µl darah
5. = = 3,07 jt/µl darah
BAB V
PEMBAHASAN
Sel darah merah, eritrosit (en:red blood cell, RBC, erythrocyte) adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah dalam hewan bertulang belakang. Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat mengikat oksigen. Fungsi
sel darah merah adalah mengikat oksigen dari paru–paru untuk diedarkan ke
seluruh jaringan tubuh dan mengikat karbon dioksida dari jaringan tubuh untuk
dikeluarkan melalui paru–paru.
Sel darah merah (eritrosit) bentuknya seperti cakram/ bikonkaf dan
tidak mempunyai inti. Ukuran diameter kira-kira 7,7 unit (0,007 mm), tidak
dapat bergerak. Banyaknya kira–kira 5 juta dalam 1 mm3 (41/2 juta). Warnanya
kuning kemerahan, karena didalamnya mengandung suatu zat yang disebut
hemoglobin, warna ini akan bertambah merah jika di dalamnya banyak mengandung
oksigen. Nilai normal kadar eritrosit pada pria yaitu 4,5-5,5 juta/µl darah dan pada
wanita yaitu 4,0-5,0 juta/µl darah.
Hitung eritrosit adalah jumlah
eritrosit per milimeterkubik atau mikroliter dalah. Seperti hitung leukosit,
untuk menghitung jumlah sel-sel eritrosit ada dua metode, yaitu manual dan
elektronik (automatik). Metode manual hampir sama dengan hitung leukosit, yaitu
menggunakan bilik hitung. Namun, hitung eritrosit lebih sukar daripada hitung
leukosit.
Prinsip hitung eritrosit manual
adalah darah diencerkan dalam larutan isotonis untuk memudahkan menghitung
eritrosit dan mencegah hemolisis. Larutan Pengencer yang digunakan adalah
laruatn hayem, larutan gower dan NaCl 0,85%.
Pada praktikum, untuk menghitung
jumlah eritrosit sama seperti menghitung jumlah leukosit hanya saja berbeda
kamar hitungnya saja. Darah dihisap sampai tanda 0,5, kemudian ditambahkan
reagen hayem sampai tanda batas, lalu homogenkan dengan menyerupai bentuk angka
8. Tetesan ketiga yang sudah tercampur darah dan reagen diteteskan di kamar
hitung. Kemudian hitung dan lihat di mikroskop dengan perbesaran 40x.
Didapatkan jumlah eritrosit
masing-masing kelompok yaitu kelompok 1 318; kelompok 2 397; kelompok 3 46;
kelompok 4 512; dan kelompok 5 307. Dari data tersebut, dapat ditentukan kadar
eritrosit masing-masing kelompok yaitu kelompok 1 3,18 juta/µl darah; kelompok
2 3,97 juta/µl darah; kelompok 3 460000/µl darah; kelompok 4 5,12 juta/µl darah
dan kelompok 5 3,07 juta/µl darah.
Dapat disimpulkan bahwa kelima
kelompok tidak masuk dalam range normal kadar eritrosit wanita dan pria. Hal
ini dikarenakan sama halnya seperti perhitungan jumlah leukosit, kesalahan yang
dapat terjadi ±10%, selain itu juga ketidaktelitian pemeriksa dalam menghitung
jumlah eritrosit, sehingga tidak ada yang masuk dalam range nilai normal kadar
eritrosit dan ada satu kelompok yang melebihi nilai normal kadar eritrosit.
BAB VI
KESIMPULAN
v Sel darah merah, eritrosit (en:red blood cell, RBC, erythrocyte) adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah dalam hewan bertulang belakang. Fungsi sel darah merah adalah mengikat oksigen dari paru–paru
untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan mengikat karbon dioksida dari
jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru–paru. Nilai normal kadar eritrosit pada pria yaitu 4,5-5,5 juta/µl darah dan pada
wanita yaitu 4,0-5,0 juta/µl darah.
v Hitung eritrosit adalah jumlah eritrosit per
milimeterkubik atau mikroliter dalah. Prinsip hitung eritrosit manual adalah
darah diencerkan dalam larutan isotonis untuk memudahkan menghitung eritrosit
dan mencegah hemolisis. Pada praktikum ini kami
menggunakan sampel darah kapiler.
v Didapatkan jumlah eritrosit masing-masing kelompok yaitu
kelompok 1 318; kelompok 2 397; kelompok 3 46; kelompok 4 512; dan kelompok 5
307. Dari data tersebut, dapat ditentukan kadar eritrosit masing-masing
kelompok yaitu kelompok 1 3,18 juta/µl darah; kelompok 2 3,97 juta/µl darah;
kelompok 3 460000/µl darah; kelompok 4 5,12 juta/µl darah dan kelompok 5 3,07
juta/µl darah.
v Dapat disimpulkan bahwa kelima kelompok tidak masuk dalam
range normal kadar eritrosit wanita dan pria
DAFTAR PUSTAKA
1. Ganda Soebrata. 2009. Penuntun Laboratorium Praktikum. Jakarta: Dian
Rakyat
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.