Diare merupakan
keluhan yang sering ditemukan pada anak-anak. Diperkirakan pada anak setiap
tahunnya mengalami diare akut atau gastroenteritis akut sebanyak 99.000.000
kasus. Di Amerika Serikat, diperkirakan 8.000.000 pasien berobat ke dokter dan
lebih dari 250.000 pasien dirawat di rumah sakit tiap tahun (1,5% merupakan
pasien dewasa) yang disebabkan karena diare atau gastroenteritis.
Kematian yang terjadi,
kebanyakan berhubungan dengan kejadian diare pada anak-anak atau usia lanjut,
di mana kesehatan pada usia pasien tersebut rentan terhadap dehidrasi sedang
sampai berat. Frekuensi kejadian diare pada negara-negara berkembang termasuk
Indonesia lebih banyak 2-3 kali dibandingkan negara maju.
Sampai saat ini
penyakit diare atau juga sering disebut gastroenteritis, masih merupakan
salah satu masalah kesehatan utama dari masyarakat di Indonesia. Dari daftar
urutan penyebab kunjungan puskesmas atau balai pengobatan, hampir selalu
termasuk dalam kelompok 3 penyebab utama bagi masyarakat yang berkunjung ke
puskesmas.
Angka kesakitannya
adalah sekitar 200 – 400 kejadian diare dapat ditemukan penderita diare sekitar
60 juta kejadian setiap tahunnya, sebagian besar (70-80%) dari penderita ini
adalah anak dibawah lima tahun (± 40 juta kejadian). Kelompok ini setiap
tahunnya mengalami kejadian lebih dari satu kejadian diare.
Sebagian dari
penderita (1-2%) akan jatuh kedalam dehidrasi dan kalau tidak segera ditolong
50-60% diantaranya dapat meninggal. Hal inilah yang menyebabkan sejumlah
350.000 – 500.000 anak dibawah lima tahun meninggal setiap tahunnya.
Dari pencatatan dan
pelaporan yang ada, baru sekitar 1,5 – 2 juta penderita penyakit diare yang
berobat rawat jalan ke sarana kesehatan pemerintah. Jumlah ini adalah sekitar
10% dari jumlah penderita yang datang berobat untuk seluruh penyakit, sedangkan
jika ditinjau dari hasil survei rumah tangga di antara 8 penyakit utama,
ternyata penyakit diare mempunyai presentase berobat yang sangat tinggi, yaitu
72% dibandingkan untuk rata-rata penderita seluruh penyakit yang memperoleh
pengobatan.
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Indonesia, pada 2001 penyakit diare menempati urutan kedua penyakit
mematikan yang berasal dari penyakit infeksi. Jumlah penderita diare di
Indonesia pada tahun itu mencapai 4% dan angka kematiannya mencapai 3,8%. Pada
bayi, diare menempati urutan tertinggi sebagai penyebab kematian dengan angka
mencapai 9,4% dari seluruh kematian bayi.
Angka kejadian diare,
disebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 angka kematian akibat diare 23 per 100
ribu penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu balita. Selama tahun 2006
sebanyak 41 kabupaten di 16 provinsi melaporkan Kejadian Luar Biasa (KLB) diare
di wilayahnya. Jumlah kasus diare yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277
diantaranya menyebabkan kematian. Hal tersebut, utamanya disebabkan rendahnya
ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan perilaku hidup tidak sehat.
Menurut Murad, sekitar
3,3 juta kematian akibat diare terjadi setiap tahunnya di seluruh dunia. Dan
angka ini paling tinggi terjadi pada anak-anak di bawah satu tahun dengan
perkiraan 20 kematian per 1.000 anak. Pada anak usia 1-5 tahun, angka
kematiannya menurun atau hanya sekitar lima dari 1.000 anak.
Di negara berkembang, angka kejadian diare sangat bervariasi sesuai umur penderita.
Tapi umumnya angka kejadiannya pada usia dua tahun pertama dan akan menurun
seiring dengan bertambahnya usia anak. Namun, puncak angka kejadian adalah pada
anak usia antara enam sampai tujuh bulan. Di samping itu diare juga merupakan
merupakan penyebab kematian yang penting di negara berkembang.
Keputusan Menkes RI No.1216/Menkes/SK/XI/2001 tentang pedoman pemberantasan penyakit
diare dinyatakan bahwa penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat Indonesia, baik ditinjau dari angka kesakitan dan angka kematian
serta kejadian luar biasa (KLB) yang ditimbulkan. Penyebab utama kematian pada penyakit diare adalah
dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolitnya melalui tinjanya.
Di negara berkembang prevalensi yang tinggi dari penyakit diare merupakan
kombinasi dari sumber air yang tercemar, kekurangan protein dan kalori yang
menyebabkan turunnya daya tahan tubuh.
Defenisi Diare
Diare adalah buang air
besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah
padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau
200ml/24jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar
encer lebih dari 3 kali/hari. Buang air besar encer tersebut dapat disertai
lendir dan darah.
Menurut WHO (1980)
diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Diare
akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam beberapa
jam atau hari.
Diare akut yaitu diare
yang berlangsung kurang dari 15 hari. Diare kronik adalah diare yang
berlangsung lebih dari 15 hari namun tidak terus menerus dan dapat disertai
penyakit lain. Diare persisten merupakan istilah yang dipakai di luar negeri
yang menyatakan diare yang berlangsung 15-30 hari dan berlangsung terus
menerus.
Etiologi Diare
Diare akut disebabkan
oleh banyak penyebab antara lain infeksi (bakteri, parasit, virus),
malabsorpsi, alergi.
Faktor infeksi
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak, ini meliputi infeksi bakteri (E. coli, Salmonella, Vibrio cholera), virus (enterovirus, adenovirus, rotavirus), parasit (cacing, protozoa). Infeksi parenteral yaitu infeksi yang berasal dari bagian tubuh yang lain diluar alat pencernaan, seperti otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia. Keadaan ini terutama pada bayi berumur dibawah 2 tahun.
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak, ini meliputi infeksi bakteri (E. coli, Salmonella, Vibrio cholera), virus (enterovirus, adenovirus, rotavirus), parasit (cacing, protozoa). Infeksi parenteral yaitu infeksi yang berasal dari bagian tubuh yang lain diluar alat pencernaan, seperti otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia. Keadaan ini terutama pada bayi berumur dibawah 2 tahun.
Faktor malabsorbsi
Gangguan penyerapan makanan akibat malabsorbsi karbohidrat, pada bayi dan anak tersering karena intoleransi laktosa, malabsorbsi lemak dan protein.
Gangguan penyerapan makanan akibat malabsorbsi karbohidrat, pada bayi dan anak tersering karena intoleransi laktosa, malabsorbsi lemak dan protein.
Faktor alergi makanan
Faktor makanan misalnya makanan basi, beracun, atau alergi terhadap makanan. Penularan melalui kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung,seperti :
Faktor makanan misalnya makanan basi, beracun, atau alergi terhadap makanan. Penularan melalui kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung,seperti :
·
Makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh
tangan yang kotor.
·
Penggunaan sumber air yang sudah
tercemar dan tidak memasak air dengan benar.
·
Tidak mencuci tangan dengan bersih
setelah buang air besar.
Patofisiologi Diare
Mekanisme dasar yang
menyebabkan timbulnya diare adalah:
a) Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b) Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c) Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Patogenesis diare akut yaitu masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah
melewati rintangan asam lambung. Jasad renik itu berkembang biak di dalam usus
halus. Kemudian jasad renik mengeluarkan toksin. Akibat toksin tersebut terjadi
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Patogenesis diare kronik lebih kompleks dan faktor-faktor yang menimbulkannya
ialah infeksi bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi dan lain-lain.
Sebagai akibat diare
akut maupun kronis akan terjadi kehilangan air dan elektronik (dehidrasi) yang
mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik,
hipokalemi, dan sebagainya), gangguan gizi akibat kelaparan (masukan makanan
kurang, pengeluaran bertambah), hipoglikemia, gangguan sirkulasi darah.
Gejala Klinik Diare
Mula-mula bayi atau
anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare. Tinja makin cair, mungkin
mengandung darah dan atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan
karena tercampur empedu. Karena seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet
karena tinja makin lama menjadi asam akibat banyaknya asam laktat, yang terjadi
dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus.
Gejala muntah dapat
terjadi sebelum atau sesudah diare. Bila penderita telah banyak kehilangan air
dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan turun, pada bayi
ubun-ubun cekung, tonus dan turgor kulit berkurang selaput lendir mulut dan
bibir terlihat kering.
Penataksanaan Diare
Penanggulangan
kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam mengatasi pasien diare. Hal
sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau oral rehidration solution (ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini segera apabila
gejala diare sudah mulai timbul dan kita dapat melakukannya sendiri di rumah.
Kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah
gejala dehidrasi nampak.
Pada penderita diare
yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara intravena merupakan
pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan kata lain perlu
diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat yang enggan untuk
merawat-inapkan penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari biaya, kesulitam
dalam menjaga, takut bertambah parah setelah masuk rumah sakit, dan lain-lain.
Pertimbangan yang banyak ini menyebabkan respon time untuk mengatasi masalah
diare semakin lama, dan semakin cepat penurunan kondisi pasien kearah yang
fatal.
Diare karena virus
biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS. Apabila kondisi stabil,
maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab diare dapat diatasi
sendiri oleh tubuh (self-limited disease).
Diare karena infeksi
bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia, Entamoeba coli
perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya antibiotik yang
diberikan dapat membasmi kuman.
Oleh karena penyebab
diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan antibiotik, maka pengenalan
gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan untuk menentukan penyebab
pasti. Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan suportif didahulukan dan
terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah
membaik.
Pencegahan Diare
Upaya pencegahan diare yang sudah terbukti, efektif, yang berupa :
Upaya pencegahan diare yang sudah terbukti, efektif, yang berupa :
·
Perhatikan kebersihan dan gizi yang
seimbang.
·
Menjaga kebersihan dengan kebiasaan
mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan kebersihan dari makanan yang kita
makan.
·
Penggunaan jamban yang benar.
·
Imunisasi campak.
Faktor Resiko Terjadinya Diare
1. Umur
Kebanyakan episode diare terjadi pada dua tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi pada golongan umur 6-11 bulan, pada masa diberikan makanan pendamping. Hal ini karena belum terbentuknya kekebalan alami dari anak pada umur di bawah 24 bulan.
Kebanyakan episode diare terjadi pada dua tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi pada golongan umur 6-11 bulan, pada masa diberikan makanan pendamping. Hal ini karena belum terbentuknya kekebalan alami dari anak pada umur di bawah 24 bulan.
2. Jenis Kelamin
Resiko kesakitan diare pada golongan perempuan lebih rendah daripada laki-laki karena aktivitas anak laki-laki dengan lingkungan lebih tinggi.
Resiko kesakitan diare pada golongan perempuan lebih rendah daripada laki-laki karena aktivitas anak laki-laki dengan lingkungan lebih tinggi.
3. Musim
Variasi pola musim di daerah tropik memperlihatkan bahwa diare terjadi sepanjang tahun, frekuensinya meningkat pada peralihan musim kemarau ke musim penghujan.
Variasi pola musim di daerah tropik memperlihatkan bahwa diare terjadi sepanjang tahun, frekuensinya meningkat pada peralihan musim kemarau ke musim penghujan.
4. Status Gizi
Status gizi berpengaruh sekali pada diare. Pada anak yang kurang gizi karena pemberian makanan yang kurang, episode diare akut lebih berat, berakhir lebih lama dan lebih sering. Kemungkinan terjadinya diare persisten juga lebih sering dan disentri lebih berat. Resiko meninggal akibat diare persisten atau disentri sangat meningkat bila anak sudah kurang gizi.
Status gizi berpengaruh sekali pada diare. Pada anak yang kurang gizi karena pemberian makanan yang kurang, episode diare akut lebih berat, berakhir lebih lama dan lebih sering. Kemungkinan terjadinya diare persisten juga lebih sering dan disentri lebih berat. Resiko meninggal akibat diare persisten atau disentri sangat meningkat bila anak sudah kurang gizi.
5. Lingkungan
Di daerah kumuh yang padat penduduk, kurang air bersih dengan sanitasi yang jelek penyakit mudah menular. Pada beberapa tempat shigellosis yaitu salah satu penyebab diare merupakan penyakit endemik, infeksi berlangsung sepanjang tahun, terutama pada bayi dan anak-anak yang berumur antara 6 bulan sampai 3 tahun.
Di daerah kumuh yang padat penduduk, kurang air bersih dengan sanitasi yang jelek penyakit mudah menular. Pada beberapa tempat shigellosis yaitu salah satu penyebab diare merupakan penyakit endemik, infeksi berlangsung sepanjang tahun, terutama pada bayi dan anak-anak yang berumur antara 6 bulan sampai 3 tahun.
6. Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi yang rendah akan mempengaruhi status gizi anggota keluarga. Hal ini nampak dari ketidakmampuan ekonomi keluarga untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga khususnya pada anak balita sehingga mereka cenderung memiliki status gizi kurang bahkan status gizi buruk yang memudahkan balita tersebut terkena diare. Mereka yang berstatus ekonomi rendah biasanya tinggal di daerah yang tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga memudahkan seseorang untuk terkena diare.
Status sosial ekonomi yang rendah akan mempengaruhi status gizi anggota keluarga. Hal ini nampak dari ketidakmampuan ekonomi keluarga untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga khususnya pada anak balita sehingga mereka cenderung memiliki status gizi kurang bahkan status gizi buruk yang memudahkan balita tersebut terkena diare. Mereka yang berstatus ekonomi rendah biasanya tinggal di daerah yang tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga memudahkan seseorang untuk terkena diare.
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.