Wednesday 12 January 2011

MY ESSAY IBADAH AKHLAQ

BAB I
RINGKASAN MACAM MACAM AKHLAQ


1.1 Macam macam Akhlaq

Sesungguhnya Allah menciptakan makhluknya dalam keadaan berpasang – pasangan, sebagaimana firman-Nya:
وَمِن كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ ﴿٤٩﴾
Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah. (Surat Al-Dzariyat).

Akhlaq adalah merupakan sifat dan sikap manusia, akhlaq dibagi dua macam yaitu:
a. Akhlaq al-karimah atau akhlaq mahmudah.
b. Akhlaq al-mazmumah atau akhlaq al-sayyi’ah.
I. Akhlaq Al-Karimah
Segala macam perbuatan yang baik, yang tampak dalam keseharian dari sifat dan sikap seseorang adalah akhlaq al-karimah atau akhlaq mahmudah yaitu akhlaq yang terpuji. Menurut istilah Ibn Miskawaih pokok – pokok akhlaq yang baik akhlaq yang utama yaitu akhlaq yang ada pada posisi tengah. Pemahaman terhadap posisi tengah adalah keadaan jiwa sedemikian rupa sehingga jiwa dapat menempati posisi yang utama.
Pokok keutamaan akhlaq ini ada empat, yaitu: al hikmah (kebijaksanaan), al-syaja’ah (keberanian), al-‘iffah (menjaga kesucian), dan al-‘adalah (keadilan). Lawan dari pokok keutamaan akhlaq ada delapan macam, empat macam ekstrem berlebihan, yakni: al-safah (lancing), al-tahawur (nekad), al-syarah (rakus), dan al jaur atau al-zhulm (zalim atau aniaya), dan empat macam ekstrem kekurangan, yaitu: al-balah (dungu), al-jubn (pengecut), al-khumud (dingin hati, cuek), dan al-muhadat atau al-inzhilam (teraniaya).

a. Kebijaksanaan
Kebijaksanaan adalah keutamaan al-nathiqah (jiwa rasional) yang mengetahui secara maujud, baik hal- hal yang bersifat umur al-insaniyyah (kemanusiaan). Kebijaksanaan membuahkan pengetahuan yang rasional dan mampu memutuskan mana yang wajib dilaksanakan dan yang wajib di tinggalkan. Kebijaksanaan merupakan pertengahan antara kelancangan dan kedunguan. Menurut Al Ghazali Kebijaksanaan merupakan keutamaan jiwa rasional yang memelihara nafsu dan jiwa yang buas yang mampu membuat seseorang dapat membedakan yang benar dan yang salah yang merupakan perbuatan yang disengaja.

b. Keberanian
Artinya, ia tidak takut terhadap hal-hal yang besar jika pelaksanaanya membawa kebajikan dan mempertahankannya merupakan hal yang terpuji.
Ibn Miskawaih berpendapat bahwa seseorang pemberani sekurang – kurangnya mempunyai enam cirri berikut:
a. Dalam soal kebaikan, ia memandang ringan terhadap sesuatu yang hakekatnya berat.
b. Ia sabar terhadap persoalan yang menakutkan.
c. Memandang ringan terhadap sesuatu yang umumnya dianggap berat oleh orang lain, sehingga ia rela mati memilih persoalan yang paling utama.
d. Tidak bersedih terhadap sesuatu yang tidak bias dicapainya.
e. Tidak gundah apabila ia menerima berbagai percobaan, dan;
f. Kalau ia marah dan mengadakan pembalasan maka kemarahan dan pembalasannya dilakukan sesuai ukuran, obyek dan waktu yang diwajibkannya.

c. Menjaga Kesucian Diri
Pokok keutamaan akhlaq yang ketiga adalah al-iffah (menjaga kesucian diri). Al-iffah merupakan keutamaan jiwa, yang muncul apabila diri manusia nafsunya dikendalikan oleh pikirannya. Ibn Miskawaih menyebutkan cabang al-iffah ini sebnyak 12, yaitu: al-haya’, al-da’at, al-shabr, al-sakha, Al-huriyyah, al-qana’ah, al-damasah, al-inthizam, husn al-hady, al-musalamah, al-waqar, al-wara.

d. Keadilan
Keadilan merupakan gabung dari ketiga keutamaan yaitu: kebijaksanaan, keberanian, menjaga kesucian diri. Secara umum Ibn Miskawaih membagi keadilan menjadi tiga macam, yaitu: keadilan alam, keadilan menurut adat/kebiasaan, keadilan Tuhan.
Keadilan menurut adat kebiasaan dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Umum (disetujui oleh setiap orang);
2. Khusus (hanya disetujui oleh individu);
Sedangkan keadilan Tuhan adalah bersifat mutlak. Keadilan Tuhan ini adalah hakekat keadilan itu sendiri. Keadilan ilahi eksis dalam materi maupun dalam alam immateri.
Dalam mempraktekkan sikap tengah kita patut suri tauladani Rasulullah SAW, yang memberikan contoh cara makan, yakni: tidak makan sebelum terasa lapar, dan berhenti makan sebelum kenyang.








Cabang dari pokok keutamaan akhlaq, di antaranya:
a. Al-amanah : Sikap jujur dan dapat dipercaya;
b. Al-alifah : Sikap yang menyenangkan;
c. Al-anisah : Manis muka;
d. Al-khusyu : Tekun sambil menundukkan diri;
e. Al-dhiyafah : Menghormati tamu;
f. Al-ghufran : Suka member maaf;
g. Al-haya’ : Sikap mlu diri kalau melakukan perbuatan tercela;
h. Al-hilm : Menahan diri dari berlaku maksiat;
i. Al-hukm bi Al-adl : Menghukum secara adil;
j. Al-ikha’u : Sikap menganggap orang sebagai saudara;
k. Al-ihsan : Berbuat baik;
l. Al-muruah : Berbudi pekerti tinggi;
m. Al-nazhafah : Bersih, atau sikap suka membersihkan diri;
n. Al-rahmah : Belas kasih;
o. Al-sakha’u : Pemurah;
p. Al-salam : Bersikap sentausa, tentram dan tenang;
q. Al-shalihat : Beramal saleh;
r. Al-shabr : Bersikap sabar;
s. Al-shiddiq : Benar dan jujur;
t. Al-ta’awun : Bertolong tolongan, suka member pertolongan;
u. Al-tadharru’ : Merendahkan diri kepada Allah SWT;
v. Al-tawadhu’ : Merendahkan diri terhadap sesama manusia atau rendah hati;
w. Al-qanaa’ah : Rendah diri terhadap sesama manusia atau rendah hati;
x. Al-izz al-nafs : berjiwa kuat, dapat menahan diri dari godaan nafsu;
Dll.





II. Akhlaq al-mazhmumah
Akhlaq yang buruk dikenal dengan sebutan akhlaq al-mazmumah atau akhlaq al-sayyi’ah. Ada hal yang menjadi biang utama, yang menjadi pangkal keburukan pangkal akhlaq pangkal keburukan akhlaq ini ada tiga, yaitu: amarah, takut mati, dan kesedihan.
a. Amarah
Amarah adalah merupakan gejolak jiwa yang mengakibatkan darah dalam hati menjadi mendidih. Ibn miskawaih menggolongkan sifat amarah kedalam keadaan gila sesaat.
b. Takut mati
Perasaan takut muncul akibat merasa akan terjadi sesuatu yang buruk atau bahaya akan menimpanya. Ibnu Miskawaih menambahkan, bahwa takut mati merupakan jiwa lain yang dianggap serius. Menurutnya setidaknya ada tujuh sebab yang menjadikan seseorang takut mati, yaitu:
1) Tidak mengetahui hakikat kematian;
2) Tidak mengetahui kesusahan jiwa;
3) Tidak mengetahui kekelan jiwa;
4) Adanya dugaan bahwa mati merupakan sakit yang amat berat;
5) Keyakinan terhadap adanya siksa atau hukuman setelah kematian;
6) Tidak tahu apa yang akan dialami setelah kematian; dan
7) Adanya perasaan berat/ sedih untuk berpisah dengan keluarga, harta benda dan kenikmatan dunia semata.
c. Kesedihan
Sumber sifat buruk berikutnya adalah sedih. Sedih bisa terjadi karena berpisah dengan sesuatu yang dicintai, atau karena gagal mencapai sesuatu yang akan diraihnya. Adapun penyebab lainnya ialah adanya keinginan yang kuat untuk memperoleh harta, rakus dan keinginan badani.
Orang yagng berakal sehat tidak akan memikirkan sesuatu yang membawa mudharat dan tidak gila harta, karena yang demikian akan dapat menghilangkan kesedihan.
Untuk menegaskan banyak macamnya akhlaq al-masmumah,di bawah ini dikemukakan macam-macam keburukan akhlaq, yang juga merupakan cabang dari pangkal keburukan akhlaq tersebut, antara lain:
a. Al-aniayyah : egoistis;
b. Al-baghyu : bersikap lacur;
c. Al-bukhl : kikir;
d. Al-buhtan : berdusta;
e. Al-khamr : peminum khamr, suka mabuk-mabukan;
f. Al-khiyanah : pengkhianat;
g. Al-zhulm : aniaya;
h. Al-jubn : pengecut;
i. Al-fawahisy : dosa besar;
j. Al-ghadhab : pemarah;
k. Al-ghasysy : suka menipu;
l. Al-ghibah : suka menggunjing;
m. Al-ghina : merasa diri kaya, lalu tidak perlu kepada yang lain;
n. Al-ghuru : memperdayakan;
o. Al-hayah al-dunya : suka pada kehidupan duniawi;
p. Al-hasad : dengki;
q. Al-hiqd : dendam;
r. Al-ifsad : berbuat kerusakan;
s. Al-intihar : merusak dirinya sendiri;
t. Al-israfi : berlebih-lebihan;
u. Al-istikbar : takabur;
v. Al-kadzb : pendusta;
w. Al-namimah : suka mengadu domba;
x. Al-kufran : mengingkari nikmat;
y. Al-tabdzir : berbuat mubadzir, menyia-nyiakan;
z. Al-sikhriyyah : suka berolok-olok; dan masih banyak yang lainnya;


1.2 Pembinaan Akhlaq

Manusia diciptakan oleh Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi ini, Akan tetapi manusia tidak selalu mengemban amanat kekhalifahan tersebut dengan baik, bahkan tidak jarang ada yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang bertentangan dengan amanat tersebut. Faktor yang menentukan baik buruknya sikap manusia dalam mengemban amanat Tuhan adalah akhlaq.
Secara sederhana Rasul menggariskan, bahwa manusia yang baik adalah yang menjadi kunci pembuka kebaikan dan menjadi gembok penutup kejahatan (mafatih la al-khair, maghalia li al-syarr). Akhlaq atau tingkah laku manusia baik yang lahir maupun yang bathil merupakan refleksi dari jiwanya.
Metode pendidikan akhlaq setidaknya ada tiga cara, yaitu:
• Pertama, metode intruktif doktrinner
• Kedua, metode spekulasi naturalis
• Ketiga, mereka efektif
Sebenarnya ketiga bentuk metode tersebut diterapkan dalam sistem ajaran islam.
Contohnya metode intruktif doktrinner yaitu membiasakan dan ditekankan sejak dini untuk beribadah atau shalat.
Menurut Ibn Miskawaih, metode pembinaan akhlaq pada orang yang telah dewasa sekurang – kurangnya ada dua, yaitu:
 Metode introspeksi
 Metode oposisi

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.