PENDAHULUAN
LATAR
BELAKANG
Dalam dunia medis dan kimia organik, istilah alkaloid
telah lama menjadi bagian penting dan tak terpisahkan dalam penelitian yang
telah dilakukan selama ini, baik untuk mencari senyawa alkaloid baru ataupun
untuk penelusuran bioaktifitas. Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik
terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan dan
tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara organoleptik, daun-daunan
yang berasa sepat dan pahit, biasanya teridentifikasi mengandung alkaloid.
Selain daun-daunan, senyawa alkaloid dapat ditemukan pada akar, biji, ranting,
dan kulit kayu.
Berdasarkan literatur, diketahui bahwa hampir semua
alkaloid di alam mempunyai keaktifan biologis dan memberikan efek fisiologis
tertentu pada makhluk hidup. Sehingga tidaklah mengherankan jika manusia dari
dulu sampai sekarang selalu mencari obat-obatan dari berbagai ekstrak tumbuhan.
Fungsi alkaloid sendiri dalam tumbuhan sejauh ini belum diketahui secara pasti,
beberapa ahli pernah mengungkapkan bahwa alkaloid diperkirakan sebagai
pelindung tumbuhan dari serangan hama dan penyakit, pengatur tumbuh, atau
sebagai basa mineral untuk mempertahankan keseimbangan ion.
BAB II
SENYAWA ALKALOIDA
Sejarah Senyawa Alkaloida
Sejarahnya hampir setua peradaban manusia. Telah
digunakan sebagai obat dalam minuman, kedokteran, teh, tapel, dan racun selama
4.000 tahun. Tidak ada usaha untuk isolasi komponen aktif dari ramuan tersebut.
Hingga permulaan abad ke-19.
Pertama ditemukan adalah opium, getah kering Papaver
somniferum. Digunakan dalam obat selama berabad-abad dan sifat analgetik
narkotik telah diketahui.
Tahun 1803, Derosne mengisolasi alkaloida semi murni
opium diberi nama narkotina. Sertuner tahun 1805 meneliti lebih lanjut opium
dan berhasil mengisolasi morfin.
Tahun 1817-1820 di Lab. Pelletier dan Caventon di
Fakultas Farmasi Paris, melanjutkan penelitian alkaloida dan menemukan
strikhnina, emetina, brusina, piperina, kafein, kuinina, sinkhonina dan
kolkhisina dalam waktu singkat. Tahun 1826 Pelletier dan Caventon menemukan
koniina (penyebab kematian Socrates). Koniina, alkaloida pertama ditentukan sifatnya
(1870) dan disintesis (1886). Tahun 1884 ditemukan ± 25 alkaloida dari Cinchona
sp. Penentuan struktur alkaloida terhalang beberapa hal antara lain
kompleksitasnya, contoh strikhnina ditemukan pertama Pelletier dan Caventon
1819, struktur baru ditentukan Robinson dkk 1946 (±140 tahun).
Tahun 1939 hampir 300 alkaloida telah diisolasi dan ± 200
telah ditentukan struktur. Dalam seri Alkaloida yang diterbitkan pertama oleh
Manske pada 1950 memuat lebih 1000 alkaloida.
Dikenalnya teknik sistem analisis kromatografi preparatif
dan instrumen canggih maka penemuan alkaloida meningkat cepatnya. Buku terbitan
1973 mencatat 4959 alkaloida dapat diisolasi dan 3293 ditentukan strukturnya.
Perkembang Ilmu Pengetahuan dengan penemuan berbagai macam kromatografi dan
instrumen spektroskopi dengan sistem komputerisasi maka isolasi dan penentuan
struktur alkaloida sudah tidak terbilang lagi.
Senyawa
Alkaloida
Senyawa kimia terutama senyawa organik hasil metabolisme
dapat dibagi dua yaitu yang pertama senyawa hasil metabolisme primer, contohnya
karbohidrat, protein, lemak, asam nukleat, dan enzim. Senyawa kedua adalah
senyawa hasil metabolisme sekunder, contohnya terpenoid, steroid, alkaloid dan
flavonoid.
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang
terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari
tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan tingkat tinggi.
Sebagian besar alkaloid terdapat pada tumbuhan dikotil sedangkan untuk tumbuhan
monokotil dan pteridofita mengandung alkaloid dengan kadar yang sedikit.
Alkaloid terjadi secara karakteristik di dalam
tumbuh-tumbuhan, dan sering dibedakan berdasarkan kereaktifan fisiologi yang
khas. Senyawa ini terdiri atas karbon, hidrogen, dan nitrogen, sebagian besar
diantaranya mengandung oksigen.
Dari namanya alkaloid berasal dari suku kata alkali, yang
artinya basa mengandung atom N. Jadi alkaloid adalah senyawa organik yang
mengandung atom N dan bersifat basa (memiliki pasangan elektron bebas) serta
memiliki efek farmakologi bagi manusia atau hewan.
Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah
atom nitrogen yang bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik.
Kebanyakan alkaloid berbentuk padatan kristal dengan titik lebur tertentu atau
mempunyai kisaran dekomposisi. Alkaloid dapat juga berbentuk amorf atau cairan,
seperti konina, nikotina, dan higrina.
Garam alkaloid dan alkaloid bebas biasanya berupa senyawa
padat, berbentuk kristal tidak berwarna (berberina dan serpentina berwarna
kuning). Sebagian besar alkaloid mempunyai rasa yang pahit. Alkaloid juga
mempunyai sifat farmakologi. Sebagai contoh, morfina sebagai pereda rasa sakit,
reserfina sebagai obat penenang, atrofina berfungsi sebagai antispamodia,
kokain sebagai anestetik lokal, dan strisina sebagai stimulan syaraf.
Fungsi Senyawa Alkaloida Pada Tumbuhan
Alkaloid telah
dikenal bertahun – tahun dan telah menarik perhatian terutama karena pengaruh
fisiologisnya terhadap mamalia dan pemakaiannya di bidang farmasi, tetapi
fungsinya dalam tumbuhan hampir sama sekali kabur. Beberapa pendapat mengenai
kemungkinan perannya dalam tumbuhan sebagai berikut:
1.
Alkaloid berfungsi
sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat dalam hewan ( salah
satu pendapat yang dikemukakan pertama kali sekarang tidak dianut lagi).
2.
Beberapa alkaloid
mungkin bertindak sebagai tandon penyimpanan nitrogen meskipun banyak alkaloid
ditimbun dan tidak mengalami metabolism lebih lanjut meskipun sangat kekurangan
nitrogen.
3.
Pada beberapa
kasus, alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari serangan parasit atau pemangsa
tumbuhan. Meskipun dalam beberapa peristiwa bukti yang mendukung fungsi ini
tidak dikemukakan, mungkin merupakan konsep yang direka – reka dan bersifat
‘manusia sentris’.
4.
Alkaloid dapat
berlaku sebagai pengatur tubuh, karena dari segi struktur, beberapa alkaloid
menyerupai pengatur tumbuh. Beberapa alkaloid merangsang perkecambahan dan yang
lainnya menghambat.
5.
Semula disarankan
oleh Liebig bahwa alkaloid, karena sebagian besar bersifat basa, dapat
mengganti basa mineral dalam mempertahankan kesetimbangan ion dalam tumbuhan.
Sumber Senyawa
Alkaloida
Awal alkaloida
diketahui hanya terdapat dalam tumbuhan, terutama tumbuhan berbunga,
angiospermae dan juga pada tumbuhan monokotil (Familia Solanaceae dan Liliaceae).
Selanjutnya ternyata terdapat dalam hewan, serangga, biota laut, mikroorganisme
dan tumbuhan rendah. Contoh dari hewan: Sebangsa rusa (muskopiridina), sejenis
musang Kanada (kastoramina), contoh dari serangga: feromon seks serangga
(pirol), neurotoksik dari Gonyaulax catenella (saksitoksina), contoh dari
mikroorganisme: bakteri Pseudomonas aeruginosa (pirosiamina), contoh dari
tumbuhan rendah: cendawan (khanoklvina-1), marga lumut Lycopodium (likopodina).
Alkaloida sebagian besar terdapat dalam tumbuhan
berbunga. Kelompok alkaloida tertentu dapat dihubungkan dengan Keluarga
(Famili) atau Marga (Genus). Sistem Engeler. Tumbuhan tinggi ada 60 Bangsa
(Ordo) dan ± 34 mengandung alkaloida, 40% semua keluarga tumbuhan mengandung
sedikitnya alkaloida, hanya 8,7% pada sekitar 10.000 marga tumbuhan. Keluarga
tumbuhan yang mengandung alkaloida yaitu: Liliaceae, Solanaceae dan Rubiaceae.
Satu keluarga tumbuhan memiliki beberapa marga tumbuhan yang mengandung
alkaloida dan lainnya tidak, ada marga tumbuhan yang sama mengandung alkaloida
sama juga dari keluarga tumbuhan lain. Contoh: hiosiamin terdapat dalam 7 marga
tumbuhan yang berbeda dari keluarga tumbuhan Solanaceae, sedang vindolin dan
morfin terdapat terbatas hanya beberapa jenis tumbuhan dari marga tumbuhan yang
sama.
Klasifikasi Senyawa Alkaloida
Alkaloida, senyawa organik bahan alam tidak punya tatanama sistematik,
karena itu dinyatakan dengan nama trivial, berakhiran – ina seperti pada
karbohidrat dengan akhiran – osa, misal: kuinina, morfina, strikhnina.
Disbanding steroid dan flavonoid punya struktur dasar, alkaloid struktur
beragam, klasifikasi alkaloida rumit dan belum ada klasifikasi seragam, umumnya
digolongkan berdasarkan pada:
- Berdasarkan jenis cincin heterosiklik nitrogen yang
merupakan bagian dari struktur molekul. Berdasarkan hal tersebut, maka
alkaloida dapat dibedakan atas, yaitu:
a.
Alkaloid
Piridin-Piperidin. Mempunyai satu cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen.
Yang termasuk dalam kelas ini adalah : Conium
maculatum dari famili Apiaceae dan Nicotiana
tobacum dari famili Solanaceae.
b.
Alkaloid Tropan. Mengandung satu atom nitrogen dengan
gugus metilnya (N-CH3). Alkaloid ini
dapat mempengaruhi sistem saraf pusat termasuk yang ada pada otak maupun
sum-sum tulang belakang. Yang termasuk dalam kelas ini adalah Atropa belladona yang digunakan sebagai
tetes mata untuk melebarkan pupil mata, berasal dari famili Solanaceae, Hyoscyamus niger, Dubuisia hopwoodii, Datura
dan Brugmansia spp, Mandragora officinarum, Alkaloid Kokain dari Erythroxylum coca (Famili
Erythroxylaceae).
c. Alkaloid Quinolin. Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1
atom nitrogen. Yang termasuk disini adalah ; Cinchona ledgeriana dari famili Rubiaceae, alkaloid quinin yang
toxic terhadap Plasmodium vivax.
d. Alkaloid Isoquinolin. Mempunyai 2 cincin karbon
mengandung 1 atom nitrogen. Banyak ditemukan pada famili Fabaceae termasuk
Lupines (Lupinus spp), Spartium junceum, Cytisus scoparius dan Sophora
secondiflora.
e.
Alkaloid Indol.
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol . Ditemukan pada alkaloid
ergine dan psilocybin, alkaloid reserpin dari Rauwolfia serpentine, alkaloid vinblastin dan vinkristin dari Catharanthus roseus famili Apocynaceae
yang sangat efektif pada pengobatan kemoterapi untuk penyakit Leukimia dan
Hodgkin’ s.
f.
Alkaloid Imidazol.
Berupa cincin karbon mengandung 2 atom nitrogen. Alkaloid ini ditemukan pada
famili Rutaceae. Contohnya; Jaborandi
paragua.
g.
Alkaloid Lupinan.
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom N, alkaloid ini ditemukan pada Lunpinus luteus (fam : Leguminoceae).
h.
Alkaloid Steroid.
Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dan 1 rangka steroid yang
mengandung 4 cincin karbon. Banyak ditemukan pada famili Solanaceae, Zigadenus venenosus.
i.
Alkaloid Amina.
Golongan ini tidak mengandung N heterosiklik. Banyak yang merupakan tutrunan
sederhana dari feniletilamin dan senyawa-senyawa turunan dari asam amino
fenilalanin atau tirosin, alkaloid ini ditemukan pada tumbuhan Ephedra sinica (fam Gnetaceae).
j.
Alkaloid Purin.
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen. Banyak ditemukan pada kopi (Coffea arabica) famili Rubiaceae, dan
Teh (Camellia sinensis) dari famili Theaceae, Ilex
paraguaricasis dari famili Aquifoliaceae, Paullunia cupana dari famili Sapindaceae, Cola nitida dari famili Sterculiaceae dan Theobroma cacao.
2.
Alkaloid tanpa atom
nitrogen yang heterosilik. Dimana, atom nitrogen tidak terletak pada cincin
karbon tetapi pada salah satu atom karbon pada rantai samping.
a.
Alkaloid Efedrin
(alkaloid amine). Mengandung 1 atau lebih cincin karbon dengan atom Nitrogen
pada salah satu atom karbon pada rantai samping. Termasuk Mescalin dari Lophophora williamsii, Trichocereus pachanoi, Sophora secundiflora, Agave americana,
Agave atrovirens, Ephedra sinica, Cholchicum autumnale.
b.
Alkaloid Capsaicin.
Dari Chile peppers, genus Capsicum. Yaitu ; Capsicum
pubescens, Capsicum baccatum, Capsicum annuum, Capsicum frutescens, Capsicum
chinense.
3.
Asal tumbuhan
terdapatnya alkaloid. Dasar awal alkaloida ditemukan pada tumbuhan, misal:
alkaloida tembakau, alkaloida Amaryllidaceae, alkaloida Erythrina dan
sebagainya. Kesulitan, ada alkaloida tidak hanya terdapat pada satu tumbuhan,
misal: nikotina, selain dalam tembakau dari Keluarga Solanaceae, juga terdapat
dalam tumbuhan lain yang tidak ada hubungan sama sekali dengan tembakau.
Kelemahan lain, beberapa alkaloida berasal dari satu tumbuhan tertentu dapat
mempunyai struktur yang sangat berbeda-beda.
4.
Berdasar atas
asal-usul biogenetinya. Cara ini dapat menjelaskan hubungan antara satu
alkaloida dengan alkaloida lainnya yang diklasifikasi berdasarkan cincin
heterosillik, merupakan perluasan sistem berdasarkan cincin heterosikliknya.
Biosintesis menunjukkan bahwa alkaloida berasal dari beberapa asam amino
tertentu saja. Berdasarkan ini, alkaloida dibedakan atas 3 golongan utama,
yaitu:
4.a. Alkaloida
alisiklik yang berasal dari asam amino ornitin dan lisin.
4.b.
Alkaloida aromatik jenis fenilalanin yang berasal fenilalanin, tirosin dan
3,4-dihidroksifenil-alanin.
c.
Alkaloida aromatik
jenis indol, yang berasal dari triptofan.
5.
Aktivitas, asal –
usul asam aminonya dan sifatb kebasaannya. Menurut Hegnauer:
a.
Alkaloid
sesungguhnya, adalah racun, senyawa
tersebut menunjukkan aktivitas fisiologi yang luas, hampir tanpa terkecuali
bersifat basa; lazim mengandung Nitrogen dalam cincin heterosiklik; diturunkan
dari asam amino; biasanya terdapat “aturan” tersebut adalah kolkhisin dan asam
aristolokhat yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin heterosiklik
dan alkaloid quartener, yang bersifat agak asam daripada bersifat basa.
b.
Protoalkaloid, merupakan amin yang relatif sederhana dimana nitrogen
dan asam amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik. Protoalkaloid
diperoleh berdasarkan biosintesis dari asam amino yang bersifat basa.
Pengertian ”amin biologis” sering digunakan untuk kelompok ini. Contoh, adalah
meskalin, ephedin dan N,N-dimetiltriptamin.
c.
Pseudoalkaloid,
tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Senyawa biasanya bersifat basa. Ada
dua seri alkaloid yang penting dalam khas ini, yaitu alkaloid steroidal
(contoh: konessin dan purin (kaffein)).
6.
Berdasarkan lokasi
atom nitrogen di dalam struktur alkaloid, alkaloid
dapat dibagi atas 5 golongan:
dapat dibagi atas 5 golongan:
a.
Alkaloid
heterosiklis.
b.
Alkaloid dengan
nitrogen eksosiklis dan amina alifatis.
c.
Alkaloid
putressina, spermidina, dan spermina.
d.
Alkaloid peptide.
e.
Alkaloid terpena.
Biosintesa Senyawa Alkaloida
Dari segi
biogenetik, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam amino yaitu
ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin
yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan triftopan yang menurunkan
alkaloid indol. Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah
reaksi mannich antara suatu aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan
suatu senyawa enol atau fenol. Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi
rangkap oksidatif fenol dan metilasi. Jalur poliketida dan jalur mevalonat juga
ditemukan dalam biosintesis alkaloid.
Disamping reaksi – reaksi dasar ini, biosintesa alkaloida
melibatkan reaksi-reaksi sekunder yang menyebabkan terbentuknya berbagai jenis
struktur alkaloida. Salah satu dari reaksi sekunder ini yang terpenting adalah
reaksi rangkap oksidatif fenol pada posisi orto atau para dari gugus fenol.
Reaksi in berlangsung dengan mekanisme radikal bebas.
Reaksi-reaksi sekunder lain seperti metilasi dari atom
oksigen menghasilkan gugus metoksil dan metilalsi nitrogen menghasilkan gugus
N-metil ataupun oksidasi dari gugus amina. Keragaman struktur alkaloida
disebabkan oleh keterlibatan fragmen-fragmen kecil yang berasal dari jalur
mevalonat, fenilpropanoid dan poliasetat.
Dalam biosintesa higrin, pertama terjadi reaksi oksidasi
pada gugus amina yang diikuti oleh reaksi mannich yang menghasilkan tropinon,
selanjutnya terjadi reaksi reduksi dan esterifikasi menghasilkan hiosiamin.
Penamaan Pada Senyawa Alkaloida
Karena begitu
banyak tipe alkaloid maka tidak mungkin diadakan penyatuan penamaan. Bahkan
dalam satu kelompok alkaloid, sering terjadi tidak adanya sistem penamaan dan
penomeran yang konsisten. Suatu contoh, adalah alkaloid indol, dimana banyak
terdapat kerangka yang berbeda. Kebanyakan dalam bidang ini sistem penomeran
yang digunakan didasarkan pada biogenesis, namun sayang Chemical Abstract mempunyai sistem penomeran yang sangat
membingungkan untuk setiap kerangka individu.
Karaktersistik yang lazim penamaan alkaloid adalah bahwa
nama berakhiran ”ina”. Disamping itu alkaloid, seperti bahan alam yang lain,
diberi nama yang dikenal ”trivial” (yaitu non-sistematik). Mereka mungkin
diturunkan dari nama genus (contoh atropin dari Atropa belladonna) ; dari nama
species (contoh, kokain dari Erythroxyloncoca) ; dari nama yang lazim untuk
obat-obatan/aktifitas fisiologik (contoh, emetin, emetat), atau dari nama pakar
kimia alkaloid yang terkenal/penemunya (contoh, pelletierina).
Sifat-Sifat Senyawa Alkaloida
1.
Mengandung atom N
dan bersifat basa.
2.
Bereaksi dengan
logam dan mengendap.
3.
Alkaloid yang
mengandung atom O bersifat padat dan dapat dkristalkan pada suhu kamar, kecuali
poliketida dan arekolin.
4.
Alkaloid yang tidak
mengandung atom O bersifat cairan dan mudah menguap serta menimbulkan bau yang
sangat kuat.
5.
Banyak terdapat di
tumbuhan daripada di hewan.
6.
Disintesis dari
asam amino.
7.
Larut membentuk
garam, yang bersifat lebih larut dalam air pelarut organik, sebaliknya alkaloid
sendiri lebih larut dalam pelarut organik daripada air.
Sifat Fisika
dan Sifat Kimia Senyawa Alkaloida
Sifat Fisika, kebanyakan padatan kristal dengan titik
lebur tertentu, sedikit berbentuk amorf dan hanya ada beberapa berbentuk cair
(nikotina dan konina). Umum tidak berwarna, hanya beberapa berwarna, misalnya
berberina dan serpentins (kuning), betanina (merah). Kelarutan alkaloida bebas
hanya larut dalam pelarut organik, pseudo dan protoalkaloida larut dalam air,
betanina (merah) bentuk garamnya dan alkaloida kuaterner larut dalam air.
Alkaloida seringkali optik aktif dan biasanya hanya satu dari isomer optik
dijumnpai di alam, beberapa terdapat dalam bentuk rasemat, kadang juga satu
tumbuhan mengandung satu isomer dan tumbuhan lain mengandung enantiomernya.
Sifat
kimia, umunya bersifat basa, sifat ini tergantung pada adanya pasangan elektron
dari nitrogen. Jika gugus fungsional berdekatan nitrogen bersifat melepaskan
elektron (misalnya gugus alkil) maka kesediaan elektron nitrogen naik dan
senyawa bersi-fat basa. Sebagai contoh trietilamin lebih basa dari dietilamin
dan dietilamin lebih basa dari etilamin. (C2H5)3 N - (C2H5)2 N - (C2H5) N.
Sebaliknya,
bila gugus fungsional berdekatan bersifat menarik elektron (gugus karbonil),
maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh ditimbul-kan
alkaloida dapat bersifat netral atau bahkan sedikit bersifat asam. Misalnya
senyawa yang mengandung amida.
Kegunaan
Senyawa Alkaloida Dalam Bidang Farmakologi ( Farmasi)
Berikut ini adalah beberapa contoih senyawa alkaloid yang telah umum dikenal
dalam bidang farmakologi:
1.
Dari yang paling
sederhana, bumbu dapur, diperoleh dari turunan piperidin.
2.
Antispasmodik,
didapatkan dari senyawa propil-piperidin.
3.
Sedatif, dari
senyawa propil-piperidin atau hiosiamin & skopolamin.
4.
Anthelmintik, dari
senyawa asam nikotinat (tumb. Areca catechu).
5.
Analgetik narkotik,
dari senyawa kokain.
6.
Antimalaria, dari
senyawa kinina (tumb. Cinchona succirubra).
7.
Antibiotik, dari
senyawa viridicatin.
8.
Analgetik untuk
nyeri hebat, dari senyawa morfin.
9.
Emetik ekspektoran,
dari senyawa emetina.
10. Antipiretik, dari senyawa beberin.
11. Relaksan otot, dari senyawa vinblastina.
12. Antihipertensi, dari senyawa germidina.
13. Stimulan SSP, dari senyawa d-norpseudo efedrin,
theobromin yang juga berfungsi sebagai diuretik.
14. Bronkodilator, dari senyawa theofilina.
15. Simpatomimetik, dari senyawa efedrin.
16. Insektisida,dari senyawa seradina.
17. Adstringen pada radang selaput lendir, dari senyawa
hidrastina (tumb. Hydrastis canadensy).
Simplisia Senyawa Alkaloida
1.
Alkaloid
Piridin-Piperidin. Mempunyai satu cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen.
Golongan ini dibagi dalam 4 sub golongan :
a. Turunan
Piperidin, meliputi piperini yang diperoleh dari Piperis nigri Fructus; yang berasal dari tumbuhan Piperis nigri (fam : Piperaceae) berguna
sebagai bumbu dapur.
b. Turunan
Propil-Piperidin, meliputi koniin yang diperoleh dari Conii Fructus; yang berasal
dari tumbuhan Conium maculatum (Fam:
Umbelliferae) berguna sebagai antisasmodik dan sedatif.
c.
Turunan Asam Nikotinan, meliputi arekolin yang diperoleh
dari Areca Semen; yang berasal dari tumbuhan Areca catechu (fam: Palmae)
berguna sebagai anthelmentikum pada hewan.
d. Turunan Pirinin & Pirolidin, meliputi nikotin yang
diperoleh dari Nicoteana Folium; yang berasal dari tumbuhan Nicotiana tobaccum (fam: Solanaceae)
berguna sebagai antiparasit, insektisida dan antitetanus.
Tumbuhan yang juga mengandung alkaloid ini adalah kuli
dari Punica granatum (fam:
Punicaceae) yang berguna sebagai taenifuga.
2.
Alkaloid Tropan.
Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus metilnya (N-CH3). Alkaloid ini dapat
mempengaruhi sistem saraf pusat termasuk yang ada pada otak maupun sumsum
tulang belakang.
2.a.
Hiosiamin dan Skopolamin. Berasal dari tumbuhan Datura stramonium, D. Metel (fam Solanaceae), tumbuh pada daerah
yang memiliki suhu yang panas daun dan bijinya mengandung alkaloid Skopolamin;
berfungsi sebagai antispasmodik dan sedative.
2.
Pada tumbuhan Hyoscyamus
muticus dan Hyoscyamus Niger (fam Solanaceae), tumbuh didaerah Amerika Selatan dan
Kanada dikenal dengan nama “Henbane” daun dan bijinya digunakan sebagai
relaksan pada otot.
b. Kokain. Senyawa ini berfungi sebagai analgetik
narkotik yang menstimulasi pusat syaraf, selain itu juga berfungsi sebagai
antiemetik dan midriatik. Zat ini bersal dari daun tumbuhan Erythroxylum coca, E. Rusby dan E.
Novogranatense (fam Erythroxylaceae). Kokain lebih banyak disalahgunakan
(drug abuse) oleh sebagian orang dengan nama-nama yang lazim dikalangan mereka
seperti snow, shabu-shabu, crak dan sebagainya.
c.
Atropin, Apotropin dan Belladonina. Atropa dari bahasa
Yunani yaitu terdiri dari kata “Atropos” yang berarti tidak dapat dibengjokkan
atau disalahgunakan, ini disebabkan karena belladona merupakan obat yang sangat
beracun dan dapat menyebabkan kematian.
Belladonna barasal dari bahasa Italia “Bella” artinya
cantik dan “Donna” artinya wanita. Bila cairan buah diteteskan pada mata akan
menyebabkan dilatasi dari pupil mata sehingga menjadi sangat menarik.
Akar dan daun tumbuhan Atropa belladonna (fam Solanaceae) merupakan sumber dari senyawa
ini, digunakan sebagai antispamolitik, antikolinergik, anti asma dan midriatik.
Zat ini merupakan hasil dari hiosiamin selama ekstraksi sehingga tak dapat
ditemukan dalam tanaman. Atropin yang dihasilkan secara sintetik lebih mahal
daripada yang berasal dari ekstraksi dari tanaman dan tidak dapat disaingi
harganya.
3. Alkaloid
Quinolin. Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen.
a. Kinina, Kinidina, Sinkonidin, Sinkonidina. Senyawa ini
pada umumnya berguna sebagai anti malaria, alkaloid ini terdapat pada kulit
batang (cortex) dari tumbuhan Cinchona
succirubra (fam : Rubiaceae). Ada beberapa jenis dari Cinchona diantaranya C. Calisaya yang berwarna kuning berasal
dari Peru dan Bolivia, C. Officinalis dan C. Ledgeriana lebih banyak di Indonesia yang ditanam di pulau jawa.
Sebelum PD II Indonesia menyuplai 90% kebutuhan kina di
dunia, ketika Jepang memutuskan suplai ini maka diusahan beberapa obat
antimalaria sintetik (kloroquin, kunaikri dan primakrin) untuk menggantikan kina.
b. Akronisina. Berasal dari kulit batang tumbuhan Acronychia bauery (fam : Rutaceae,
berfungsi sebagai antineoplastik yang tealah diujikan pada hewan coba dan
diharapkan mampu merupakan obat yang efektif untuk kemoterapi neoplasma pada
manusia.
c. Camptothecin. Diperoleh dari buah, sebagian kayu atau
kulit dari pohon Camptotheca acuminata
(fam : Nyssaceae), suatu pohon yang secara endemik tumbuh di daratan cina.
Ekstrak dari tumbuhan ini ternyata mempunyai keaktifan terhadap leukemia
limpoid.
d. Viridicatin. Merupakan subtansi antibiotik dari
mycelium jamur Penicillium viridicatum
(fam : Aspergillaceae), senyawa ini aktif untuk semua jenis Plasmodium (kecuali
Plasmodium vivax) penyebab malaria.
Penggunaan senyawa ini memiliki efek samping berupa Cindronism yaitu
pendengaran berkurang.
4. Alkaloid
Isoquinolin. Mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen.
a. Morfin.
Penggunaan morfin khusus pada nyeri hebat akut dan kronis , seperti pasca bedah
dan setelah infark jantung, juga pada fase terminal dari kanker.Morfin sering
diperlukan untuk nyeri yang menyertai : 1). Infark miokard; 2). Mioplasma;3).
Kolik renal atau kolik empedu ; 4). Oklusio akut pembuluh darah perifer ,
pulmonal atau koroner;5) perikarditis akut, pleuritis dan pneumotoraks spontan
dan 6). Nyeri akibat trauma misalnya luka bakar , fraktur dan nyeri
pasca-bedah.
Morfin
diperoleh dari biji dan buah tumbuhan Papaver
somniferum dan P. Bracheatum (fam
: Papaveraceae) salah satu hasil tanaman ini berupa hasil sadapan dari getah
buah yang dikenal sebagai “opium” yang berarti candu, Candu merupakan ’’ibu‟ dari morfin, mulanya dikembangkan sebagai obat
penghilang rasa sakit sekitar tahun 1810. Morfin dikategorikan sebagai obat
yang ajaib karena mampu mengurangi rasa sakit akibat operasi atau luka parah.
Pada saat dikonsumsi, obat ini menyebabkan penggunanya berada dalam kondisi
mati rasa sekaligus diliputi perasaan senang/ euforia seperti sedang berada
dalam alam mimpi. Oleh karena efek sampingnya yang berupa euforia ini, pada
tahun 1811 obat ini diberi nama Morpheus sama seperti nama dewa mimpi Yunani
oleh Dr. F.W.A. Serturner, seorang ahli obat dari Jerman. Pertengahan tahun
1850, morfin telah tersedia di seluruh Amerika Serikat dan semakin populer
dalam dunia kedokteran. Morfin dimanfaatkan sebagai obat penghilang rasa sakit
yang membuat takjub dokter-dokter pada masa itu. Sayangnya, ketergantungan
terhadap obat tersebut terlewatkan, tidak terdeteksi sampai masa Perang Saudara
berakhir.
Dengan adanya penggunaan yang berlebihan yang terus
menerus ataupun kadang- kadang
dari suatu obat yang secara tidak layak atau menyimpang dari norma pengobatan
yang lazim maka hal tersebut dikatakan drug abuse terlebih lagi apabila pada
pemakaian morfin sebagai obat keras. Morfin tergolong kedalam hard drugs yakni
zat-zat yang pada penggunaan kronis menyebabkan perubahan – perubahan dalam
tubuh si pemakai, sehingga penghentiannya menyebabkan gangguan serius bagi
fisiologi tubuh, yang disebut gejala penarikan atau gejala abstimensi. Gejala
ini mendorong bagi si pecandu untuk terus menerus menggunakan zat – zat ini
untuk menghindarkan timbulnya gejala abstimensi.dilain pihak , dosis yang
digunakan lambat laun harus ditingkatkan untuk memperoleh efek sama yang
dikehendaki (toleransi). Hard drugs menyebabkan ketergantungan fisik (ketagihan)
hebat dan menyebabkan toleransi terhadap dosis yang digunakan.
b. Emetina. Senyawa ini berfunsi sebagai emetik dan
ekspektoran, diperoleh dari akar tumbuhan Cephaelis
ipecacuanha dan C. Acuminata (fam
: Rubiaceae).
c. Hidrastina dan
Karadina. Senyawa ini berasal dari tumbuhan Hydrastis
canadensis (fam : Ranunculaceae) dikenal pula sebagai Yellowroot; bagian
yang digunakan berupa umbi akar berkhasiat sebagai adstrigensia pada radang
selaput lendir.
d. Beberina. Berupa akar dan umbi akar dari tumbuhan Berberis vulgaris (dari Oregon), B. Amition (dari Himalaya), dan B. aristaca (India) dari familia
Berberidaceae yang berguna sebagai zat pahit/amara dan antipiretik.
5. Alkaloid Indol. Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol.
a. Reserpina. Merupakan hasil ekstraksi dari akar
tumbuhan Rauwolfia serpentine dari suku Apocynaceae yang terkadang bercampur
dengan fragmen rhizima dan bagian batang yang melekat padanya. Senyawa ini
berfungsi sebagai antihipertensi.
Dalam perdagangan terdapat 5 jenis yaitu Rauwolfiae
serpentine, Rauwolfiae canescens, Rauwolfiae micratha, dan Rauwolfiae
tetraphylla. Selain sebagai anti hipertensi juga berfungsi sebagai traqulizer
(penenang).
b. Vinblastina, Vinleusina,
Vinrosidina, Vinkristina. Diperoleh dari tumbuhan Vinca rosea, Catharanthus
roseus (fam : Apocynaceae). Berupa tumbuhan yang berkhasiat sebagai antikanker.
c. Strichnina dan Brusina. Berasal dari tumbuhan Strychnos nux-vomica dan Strychnos ignatii (fam :Loganiaceae)
yang terdapat di Filipina, Vietnam dan Kamboja. Bagian tanaman yang diambil
berupa ekstrak biji yang telah kering dengan khasiat sebagai tonikum dalam
dosis yang kecil sedangkan dalam pertanian digunakan sebagai ratisida (racun
tikus).
d. Fisostigmina dan Eserina. Simplisianya dikenal dengan
nama Calabar bean, ordeal bean, chop nut dan split nut
berupa biji dari tumbuhan Physostigma
venenosum (fam : Leguminosae) yang berkhasiat sebagai konjungtiva
pengobatan glaukoma.
e.
Ergotoksina, Ergonovina, & Ergometrina. Alkaloid ini asalnya berbeda
dibandingkan dengan yang lain, sebab berasal dari jamur yang menempel pada
sejenis tumbuhan gandum yang kemudian dikeringkan. Jamur ini berguna sebagai
vasokonstriktor untuk penyakit migrain yang spesifik dan juga sebagai
oksitoksik. Diperoleh dari sisik jamur yang menempel pada tumbuhan Claviceps
purpurea (fam: Hypocreaceae), jamur ini merupakan parasit pada tumbuhan
tersebut, selain itu jamur ini juga terdapat pada tumbuhan Secale cornutum
(fam: Gramineae).
f.
Kurare. Diperoleh dari kulit batang Strichnos crevauxii, C. Castelnaci, C.
Toxifer (fam: loganiaceae) dan Chondodendron tomentosum (fam: Menispermaceae) yang berguna sebai
relaksan pada otot.
6. Alkaloid Imidazol. Berupa
cincin karbon mengandung 2 atom nitrogen, lingkaran Imidazol merupakan inti
dasar dari pilokarpin yang berasal dari daun tumbuhan Pilocarpus jaborandi atau Jaborandi
rermambuco, P. Microphylus atau J. marashm, dan P. Pinnatifolius atau J. Paraguay dari familia Rutaceae yang
berkhasiat sebagai konjungtiva pada penderita glaukoma.
7. Alkaloid
Lupinan. Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom N. Alkaloid ini ditemukan pada
Lunpinus luteus, Cytisus scopartus
(fam : Leguminocaea) dan Anabis aphylla
(fam : Chenopodiaceae) berupa daun tumbuhan yang telah dikeringkan berkhasiat
sebagai oksitoksik.
8.
Alkaloid Steroid. Mengandung 2 cincin karbon dengan 1
atom nitrogen dan 1 rangka steroid yang mengandung 4 cincin karbon.
Alkaloid
steroid terbagi atas 3 golongan yaitu:
Golongan I :
Sevadina, Germidina, Germetrina, Neogermetrina, Gemerina,
Neoprotoperabrena, Veletridina.
Golongan II : Pseudojervina,
Veracrosina, Isorobijervosia.
Golongan III : Germina,
Jervina, Rubijervina, Isoveratromina.
a. Germidina, Germitrina. Diperoleh dari umbi akar tumbuhan Veratrum viride (fam: Liliaceae) yang berguna sebagai
antihipertensi.
b. Protoveratrin. Diperoleh dari umbi akar tumbuhan Veratrum album (fam : Liliaceae) yang berguna sebagai insektisida
& antihioertensi.
c. Sevadina. Diperoleh dari biji sebadilla (Sebadilla Semen) dari tumbuhan Schonecaulon
officinalis (fam: Liliaceae) berguna sebagai insektisida.
9. Alkaloid
Amina. Golongan ini tidak mengandung N heterosiklik. Banyak yang merupakan
tutrunan sederhana dari feniletilamin dan senyawa-senyawa turunan dari asam
amino fenilalanin atau tirosin.
a. Efedrina. Berasal dari herba tumbuhan Ephedra distachya, E. Sinica dan E. Equisetina
(fam : Gnetaceae) berguna sebagai bronkodilator. Tumbuhan ini juga dikenal
dengan nama “Ma Huang” dalam bahasa Cina “Ma” berarti sepat sedangkan ’’Huang” berati kuning, hal ini mungkin dihubungkan dengan
rasa dan warnan simplisia ini.
Selain dari persenyawaan alam, alkaliod ini juga dibuat
dalam bentuk sintetis garam seperti Efedrin Sulfat dan Efedrin HCl yang
berbetuk kristal, sifat-sifat farmakologiknya sama dengan Efedrin dan dipakai
sebagai simpatomimetik.
b. Kolkisina. Alkaloid ini berasal dari biji tumbuhan Colchicum autumnalei (fam : Liliaceae)
berguna sebagai antineoplasmik dan stimulan SSP, selain pada biji kormus
(pangkal batang yang ada di dalam tanah) tumbuhan ini juga mengandung alkaloid
yang sama.
c. d- Norpseudo Efedrina. Senyawa di atas diperoleh dari
daun-daun segar tumbuhan Catha edulis
(fam : Celastraceae) nama lain dari tumbuah ini dalah Khat atau teh Abyssina,
tumbuhan ini berupa pohon kecil atau semak-semak yang berasal dari daerah
tropik Afrika Timur. Khasiat dari simplisia ini adalah stimulan pada SSP.
d. Meskalina. Diperoleh dari sejenis tumbuhan cactus Lophophora williamsii (fam : Cactaceae)
dikenal dengan nama Peyote yang dapat menyebabkan halusinasi dan euphoria.
10. Alkaloid Purin. Mempunyai 2
cincin karbon dengan 4 atom nitrogen. Susunan inti heterosiklik yang terdiri dari cincin
pirimidin yang tergabung dengan Imidazole.
a. Kafeina (1,3,7, Trimetil Xanthin). Alkaliod ini
diperoleh dari biji kopi Coffe arabica,
C. Liberica (fam: Rubiaceae) mengandung kafein. Aksi dari kopi pada prinsipnya di dasarkan pada daya kerja kafein, yang bekerja pada
susunan syaraf pusat, ginjal, otot – otot jantung.
Meskipun kopi terutama digunakan sebagai
minuman, tetapi dapat juga digunakan sebagai stimulans dan diuretic. Juga kopi
ini digunaskan untuk mengobati keracunan yang mempunyai tanda – tanda adanya
deprosi pada susunan syaraf pusat.
Selain tumbuan kopi ada tumbuhan lain yang
juga mengandung caffein seperti camellia sinensis (fam: Theaceae), cola
nitida (fam starculiaceae).
b. Theobromina (3,7 Dimetil Xantin). Diperoleh dari biji tumbuhan Theobroma
cacao (fam: Sterculiaceae) yang berguna sebagai diuretik dan stimulan SSP.
c. Theofilina (1,3 Dimetil Xantin). Merupakan isomer dari 1,3 dimetil
xantin (isomer Theobromina) yang berguna sebagai bronkodilator dan diuretik).
11. Alkaloid Kromon
a.
Ficus pantoniana ( Famili: Moraceae)
Kandungan: fisin dan isofisin
b.
Phyllospadix iwatensis (Famili: Zosteraceae)
Kandungan: fisospadin
c.
Buchenavia sp
Kandungan: bukenavianin
Vochysia guaianensis
Kandungan: vokhisin
11. Alkaloid Semut
a.
Semut mirmisin (Dalam kelenjar bisa: alkaloid turunan piperidin, pirolidin,
indol, piridin).
b.
Alat seks jantan lalat buah.
c.
Laba – laba kebun: pirolidon (untuk membuat sarang).
BAB III
KESIMPULAN
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa
organik yang mengandung atom N dan bersifat
basa (memiliki pasangan elektron bebas) serta memiliki efek farmakologi bagi
manusia atau hewan.Alkaloid terdapat dalam tumbuhan, terutama tumbuhan
berbunga, angiospermae dan juga pada
tumbuhan monokotil (Familia Solanaceae dan Liliaceae). Selanjutnya
ternyata terdapat dalam hewan, serangga, biota laut, mikroorganisme dan
tumbuhan rendah.
Reaksi utama
yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi mannich antara suatu
aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan suatu senyawa enol atau
fenol. Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi rangkap oksidatif fenol dan
metilasi. Jalur poliketida dan jalur mevalonat juga ditemukan dalam biosintesis
alkaloid.
Alkaloid
digolongkan berdasarkan jenis cincin heterosiklik nitrogen yang merupakan
bagian dari struktur molekul, alkaloid tanpa
atom nitrogen yang heterosilik, asal tumbuhan terdapatnya alkaloid,
Berdasar atas asal-usul biogenetinya.Sistem
klasifikasi yang paling banyak diterima adalah
menurut Hegnauer, dimana alkaloid dikelompokan atas alkaloid
sesungguhnya, protoalkaloid, pseudoalkaloid.
Sifat-sifat senyawa alkaloida meliputi: mengandung atom N dan bersifat basa, bereaksi dengan logam
dan mengendap, alkaloid yang mengandung atom O bersifat padat dan dapat dkristalkan
pada suhu kamar, kecuali poliketida dan arekolin, alkaloid yang tidak
mengandung atom O bersifat cairan dan mudah menguap serta menimbulkan bau yang
sangat kuat, banyak terdapat di tumbuhan daripada di hewan, disintesis dari
asam amino, larut membentuk garam, yang bersifat lebih larut dalam air pelarut
organik, sebaliknya alkaloid sendiri lebih larut dalam pelarut organik daripada
air.
Fungsi senyawa alkaloida antara lain: antispasmodic
didapatkan dari senyawa propil-piperidin, sedative dari senyawa propil-piperidin
atau hiosiamin & skopolamin, anthelmintik dari senyawa as. nikotinat (tumb.
Areca catechu), analgetik narkotik dari senyawa kokain, antimalaria dari
senyawa kinina (tumb. Cinchona succirubra), antibiotic dari senyawa
viridicatin, analgetik untuk nyeri hebat dari senyawa morfin, emetik ekspektorn
dari senyawa amatina, antipiretik dari senyawa beberin, relaksan otot dari
senyawa vinblastina.
DAFTAR PUSTAKA
1. Setiawan, Delimarta.2002 .Atlas Tanaman Obat
Indonesia. Yogyakarta
2. http://www.membuatblog.web.id/2010/03/senyawa-alkaloid.html diakses pada
tanggal 18 Mei 2011 jam 16.08 WIB.
3. http://handani90anien.blogspot.com/2010/03/fungsi-si-senyawa-alkaloid.html diakses pada tanggal 19 Mei 2011 jam 15.53 WIB.
3. http://handani90anien.blogspot.com/2010/03/fungsi-si-senyawa-alkaloid.html diakses pada tanggal 19 Mei 2011 jam 15.53 WIB.
4. http://medicafarma.blogspot.com/2008/08/alkaloid.html diaskses pada
tanggal 19 Mei 2011 jam 16.23 WIB.
5. http://id.wikipedia.org/wiki/Alkaloid diaskses pada
tanggal 19 Mei 2011 jam 16.58 WIB.
7. Achmad S. A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Universitas Terbuka. Jakarta.
8. Sovia Lenny. 2006. Senyawa
Flavonoid, Fenil Propanoida dan
Alkaloida. http://library.usu.ac.id/download/fmipa/06003489.pdf
9. Anonim. Alkaloid : Senyawa
Organik Terbanyak di Alam.
www.chem-is-try.org
diakses pada tanggal 18 Mei 2011 jam 15.32 WIB
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.